Bagikan:

JAKARTA - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi buka suara mengenai turbulensi tinggi yang terjadi belakangan ini di industri penerbangan. Dia bilang akan mempelajari dampak turbulensi untuk memastikan keamanan atau safety pada penerbangan.

Lebih lanjut, Budi bilang dalam mempelajari turbelensi pesawat yang terjadi belakangan ini, pihaknya akan bekerja sama dengan lembaga internasional, dalam hal ini Federal Aviation Administration (FAA).

“Turbulence pasti memberikan suatu dampak yang tidak baik bagi dunia aviasi. karenanya kita bekerja sama dengan FAA, dan beberapa lembaga internasional untuk itu akan membahas apa saja yang harus ditambahkan dalam rangka memastikan safety itu diperoleh dengan baik oleh masyarakat pada jasa industri aviasi,” katanya saat ditemui di Jakarta Convention Center, Selasa, 28 Mei.

Budi juga mengatakan akan mengikuti prakiraan-prakiraan cuaca yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Budi memastikan untuk di Indonedia sendiri bisa dikontrol dengan baik.

“Tentu kita akan memaksimalkan fungsi BMKG untuk merespons itu, dan insyaAllah di Indonesia kita kontrol dengan baik,” jelasnya.

Meski begitu, Budi bilang turbulensi dalam penerbangan menjadi suatu yang tidak dapat diprediksi. Pasalnya, angin dan cuaca mengalami perubahan yang juga tidak bisa diprediksi.

“Ya ini turbulence ini kan bisa jadi satu anomali ke cuaca yang kita juga alami ya. Sekarang, misalnya, bukan musimnya hujan, hujan, itu anomali cuaca. Sehingga apa yang terjadi di dunia yang urusannya angin, cuaca, dan sebagainya itu ada perubahan-perubahan yang terjadi yang unpredictable,” jelasnya.

Sekadar infomasi, turbelensi ekstrem sebelumnya dialami pesawat Singapore Airlines dengan kode penerbangan SQ321 dengan tujuan London-Singapura pada 21 Mei lalu. Pesawat tersebut tiba-tiba mengalami turbelensi para ketika awak kabin sedang menyajikan sarapan.

Kantong oksigen pun turun secara otomatis di hadapan penumpang yang membuat kaget satu pesawat. Pilot pun meminta pendaratan darurat di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand. Turbulensi terjadi di atas Cekungan Irrawaddy di atas Myanmar sekitar 10 jam setelah penerbangan.

Insiden tesebut menewaskan satu orang dan 71 penumpang lainnya mengalami luka-luka. Pilot lantas melakukan pendaratan darurat di Bandara Suvarnabhumi Bangkok, Thailand.

Selain Singapore Airlines, pesawat Qatar Airways juga mengalami turbulensi cukup parah di langit Turki. Sedikitnya enam penumpang dan enam awak kabin luka-luka.

Tak ada pendaratan darurat dalam penerbangan pesawat QR107 tersebut. Qatar Airways lepas landas dari Doha itu tiba sesuai jadwal di Bandara Dublin, Irlandia, pada Minggu 26 Mei sekitar pukul 13.00 waktu setempat.