Bagikan:

JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memastikan bahwa penyelenggaraan Ibadah Haji tak akan mengganggu kebutuhan valuta asing (valas), terutama dolar AS di dalam negeri. Lantaran, bank sentral telah memperhitungkan suplai dan demand dolar sejak awal tahun.

Seperti diketahui, biaya operasional penyelenggaraan Haji mayoritas besar dibayarkan menggunakan mata uang asing seperti, riyal dan dolar AS.

"BI memastikan kebutuhan valas ibadah haji sudah ada dan itu sudah kita rencanakan sudah sejak awal. Itu sudah masuk dalam perencanaan, pengelolaan cadangan devisa di dalam bagaimana kami melakukan asesmen suatu nilai tukar," ucap Perry dalam keterangan pers, Rabu, 22 Mei.

Selain kebutuhan valas untuk ibadah haji, BI juga sudah mempersiapkan dan memperhitungkan kebutuhan valas untuk pembayaran utang pemerintah, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), maupun pembayaran utang BUMN lainnya.

“Tidak hanya masalah untuk kebutuhan valas haji kebutuhan valas untuk membiayai utang pemerintah kami juga sudah rencanakan. Untuk Petamina, BUMN, PLN itu sudah ada diskusi, perencanaan tahunan itu sudah masuk didalam perhitungan suplai deman valas, dampaknya terhadap cadangan devisa dan terutama terhadap stabilitas nilai tukar rupiah,” tuturnya.

Sebagai informasi, Indonesia mendapat kuota untuk memberangkatkan 241 ribu orang ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji pada tahun 2024.

Adapun, pemberangkatan jemaah Indonesia ke Arab Saudi akan dilaksanakan dalam dua gelombang. Pada gelombang pertama, jemaah akan diberangkatkan dari Tanah Air menuju ke Bandara Internasional Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) di Kota Madinah dari 12 sampai 23 Mei 2024.

Kemudian pada gelombang kedua, jemaah akan diberangkatkan dari Tanah Air menuju ke King Abdul Azis International Airport (KAAIA) di Kota Jeddah dari 21 Mei sampai 1 Juni 2024.