Bagikan:

JAKARTA - Bank Indonesia mendorong pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Aceh memanfaatkan sistem pembayaran secara digital terutama layanan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) untuk kemudahan transaksi bagi pengunjung PON XXI Aceh-Sumut.

“Ini menjadi salah upaya meningkatkan perekonomian Aceh dimulai dari UMKM,” kata Kepala Bank Indonesia Provinsi Aceh Rony Widijrto dikutip dari ANTARA, Selasa, 21 Mei.

Ia menjelaskan, penyelenggaraan PON XXI Aceh-Sumut yang berlangsung pada 9-20 September 2024 akan menghadirkan ribuan wisatawan ke daerah Tanah Rencong itu mulai dari atlet, ofisial hingga para pendukung lainnya.

Agenda PON XXI yang mendatangkan tamu dari Indonesia ini menjadi sarana promosi berbagai potensi Aceh, mulai dari sektor pariwisata, hingga berbagai sumber daya ekonomi lain, sehingga diharapkan juga akan meningkatkan penjualan produk-produk UMKM di Aceh.

Oleh karena itu, kata Rony, untuk memberi kemudahan transaksi bagi konsumen, pihaknya mendorong agar para pedagang (merchant) untuk memanfaatkan sistem pembayaran menggunakan QRIS.

Bank Indonesia akan menyasar sektor UMKM seperti kuliner, suvenir hingga transportasi yang bakal banyak aktivitas dengan pengunjung PON untuk ditingkatkan literasi digital sehingga dapat memanfaatkan sistem pembayaran secara digital.

“Kita membuat klaster, kita lihat potensi yang akan menarik tamu-tamu dari PON, artinya dari kuliner, toko suvenir dan transportasi,” ujarnya.

Sebelum PON XXI berlangsung, Bank Indonesia mengambil momentum tahun baru Islam yakni 1 Muharam 1446 Hijriah pada Juli 2024 mendatang untuk melakukan kegiatan UMKM paham digital, dengan menghadirkan para pedagang pengguna QRIS untuk berbagi pengalaman.

“Kami akan mengambil momentum tahun baru Islam 1 Muharam nanti, bersama perbankan dan pemerintah untuk menyiapkan UMKM itu paham digital,” ujarnya.

Ia menambahkan, upaya tersebut dilakukan Bank Indonesia dan pemerintah dalam rangka menyiapkan UMKM untuk terbiasa dengan transaksi pembayaran menggunakan QRIS.

“Produk-produk di Aceh itu banyak sekali, artinya kita juga harus melihat dan memperhatikan tamu-tamu, kalau sudah nyaman enggak pakai transfer dan enggak pakai cash, tapi cukup scan QRIS selesai,” ujarnya.

Di samping itu, Bank Indonesia juga mengingatkan agar para pelaku UMKM di Aceh sudah seharusnya mencantumkan label harga pada setiap produk yang dijual, seperti suvenir, kuliner dan produk lainnya.

Pihaknya mengajak Pemerintah Aceh untuk bersama-sama memastikan label atau daftar harga dari setiap produk UMKM tersebut karena akan sangat membantu wisatawan saat berbelanja.

“Saya memahami budaya di sini tawar-menawar menjadi bagian yang biasa, tapi wilayah kota-kota wisata itu sudah terbiasa dan itu (label harga) memberikan kemudahan," ujarnya.