JAKARTA - PT Pertamina International Shipping (PIS) mengungkapkan sejumlah strategi perusahaan untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah industri maritim dunia.
CEO PIS Yoki Firnandi dalam keterangannya di Jakarta, Senin 20 Mei, mengatakan terdapat tiga tantangan utama dalam bisnis PIS saat ini, yang terkait dengan sektor industri perkapalan dan logistik.
Tantangan pertama adalah penyediaan jasa layanan yang reliable dan efisien, lalu pelayanan optimal dan efisien untuk distribusi energi di negara kepulauan seperti Indonesia, dan terakhir adalah operasi bisnis yang sejalan dengan isu berkelanjutan.
"Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut, PIS terus meng-upgrade armada agar memenuhi standar dari pengguna layanan di dalam dan luar negeri, sekaligus memenuhi regulasi internasional. Ini sesuai dengan arahan Kementerian Perhubungan," ujar Yoki dalam sebuah acara Shipping dan Logistic Forum 2024 belum lama ini, dikutip dari Antara.
PIS, lanjut Yoki, juga menjaga dan menjalankan amanat sebagai urat nadi distribusi energi di Indonesia dengan beroperasi secara efisien, namun tetap mengutamakan aspek keamanan dan keselamatan.
"Terkait dengan isu keberlanjutan sesuai target dekarbonisasi dan transisi energi, bisnis PIS juga mendukung hal tersebut dengan menambah armada kapal-kapal pengangkut gas dan petrokimia, yang menggunakan teknologi ramah lingkungan. Selain itu, kami juga memiliki dan bersiap untuk mengelola terminal energi yang mendukung bisnis berkelanjutan" jelasnya.
Yoki menambahkan selain menjawab tantangan bisnis untuk bisa terus bertumbuh, pelaku industri pelayaran tanah air juga perlu go global agar memperkuat posisi Indonesia di kancah industri maritim dunia.
"Pelaku shipping Indonesia saat ini sebaiknya tidak hanya menjadi local player, tetapi juga harus bisa menjadi global player. Sejalan dengan tema besar BUMN go global, PIS saat ini telah menjadi integrated marine and logistic company terbesar dan bertumbuh secara signifikan bersama Indonesia dan di Asia Tenggara," sebutnya.
PIS yang terdiri dari pelayaran, jasa kelautan, dan logistik diproyeksikan akan terus tumbuh baik secara bisnis maupun finansial. Saat ini, PIS memiliki 102 kapal tanker dengan 60 kapal telah tercatat sukses berlayar di rute internasional.
Sesuai dengan roadmap perusahaan, PIS menargetkan bisa mencapai kapitalisasi pasar senilai 7 miliar dolar AS dengan pendapatan sebesar 8,9 miliar dolar AS pada 2034.
"Kami juga telah go global dengan membuka kantor di Singapura dan Dubai untuk melayani berbagai rute internasional, di samping rute-rute domestik untuk distribusi BBM dan komoditas lainnya seperti green cargo," jelas Yoki.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Capt Antoni Arif Priadi turut menyatakan dukungannya terkait pentingnya pelaku industri maritim tanah air dapat go global.
BACA JUGA:
"Untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, kami mendukung perusahaan dalam negeri untuk bisa bersaing di kancah internasional. Selaku regulator, kami mengajak pelaku industri seperti INSA, termasuk di dalamnya adalah Pertamina International Shipping, untuk hadir dalam berbagai acara International Maritime Organization (IMO), agar lebih banyak dikenal oleh negara-negara lain. Harapannya, langkah bisnis PIS dapat menjadi contoh bagi pelaku industri shipping lainnya dan terus mengharumkan nama Indonesia," katanya.
Yoki juga mengungkapkan berbagai upaya PIS dalam mencapai target net zero emission pada 2060.
Mulai dari pemasangan energy saving device dan engine power limitation yang telah diaplikasikan di sejumlah kapal hingga penggunaan bahan bakar ganda atau dual fuel, PIS senantiasa berupaya untuk mengurangi kadar CO2 di setiap operasi.
Tercatat, PIS telah berhasil mengurangi kadar total CO2 sebesar 25,4 kT CO2e pada 2023 dengan target untuk mencapai pengurangan sebesar 978,6 kT CO2e pada 2030.