Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan adanya fenomena perdagangan baru dua tahun belakangan ini. Di mana banyaknya negara yang mulai pilih-pilih mitra dagangnya.

Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag, Kasan menjelaskan bahwa pandemi COVID-19 memicu hadirnya fenomena tersebut. Dia bilang fenomena itu biasa disebut sebagai technology decoupling dan friendshoring.

“Mungkin isu ini muncul juga saya kira impact daripada salah satu bencana yang kita hadapi di seluruh dunia yaitu adanya COVID-19,” kata Kasan dalam Gambir Trade Talk di Jakarta, Rabu, 15 Mei.

Menurut Kasan, kondisi itu berdampak berantakannya kegiatan perdagangan antarnegara. Dimana kegiatan perdagangan itu turut berdampak pada rantai pasok global.

Lebih lanjut, Kasan bilang, beberapa negara pun akhirnya memutuskan untuk menjalin kerja sama perdagangan dengan negara tertentu yang memiliki kedekatan.

“Jadi saya kira, kalau saya membaca dari beberapa literatur yang ada, isu terminologi ini muncul ya salah satunya juga dipicu oleh adanya COVID-19 yang membuyarkan salah satunya adalah supply chain yang terkonsentrasi didalam salah satu region atau salah satu negara bahkan,” jelasnya.

Menurut Kasan, kebijakan technology decoupling dan fenomena friendshoring tadi juga akan berdampak pada kinerja ekspor-impor suatu negara.

Terkait dampaknya pada kinerja perdagangan Indonesia, Kasan bilang datanya akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) siang ini. Namun, dia bilang beberapa lembaga yang sudah memprediksi surplus kemungkinan akan sedikit menurun dari bulan lalu.

“Misalnya, lalu impor akan sedikit naik misalnya, hal-hal seperti ini yang menurut saya sebagai impact dari adanya terminologi soal technology decoupling atau juga friendshoring,” katanya.