Bagikan:

JAKARTA - PT Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) mencatatkan penyaluran kredit hingga akhir Maret 2024 naik 13,2 persen menjadi Rp11,6 triliun dibandingkan penyaluran kredit pada akhir Maret 2023 sebesar Rp10,3 triliun.

Kenaikan tersebut melampaui penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan yang pada periode sama tercatat sebesar 11,8 persen.

Sebagian besar atau sekitar 67 persen total penyaluran kredit yang dilakukan Bank Sampoerna senilai Rp7,8 triliun merupakan porsi pinjaman yang disalurkan kepada pelaku UMKM.

Pinjaman ke UMKM disalurkan baik secara langsung oleh Bank Sampoerna maupun melalui kerja sama dengan mitra.

Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK) hingga akhir Maret 2024 tercatat naik 15 persen menjadi Rp12,9 triliun dibandingkan pada akhir Maret tahun lalu sebesar Rp11,2 triliun.

Peningkatan ini juga melampaui peningkatan penghimpunan DPK industri perbankan secara keseluruhan yang pada periode sama tercatat sebesar 7,4 persen.

CEO Bank Sampoerna, Ali Rukmijah mengungkapkan, akumulasi DPK di Bank Sampoerna ini tidak lepas dari penerimaan masyarakat terhadap layanan digital Bank Sampoerna, termasuk melalui Sampoerna Mobile Banking (SMB).

Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, pada kuartal pertama 2024, jumlah transaksi yang difasilitasi Sampoerna Mobile Banking meningkat 18 persen menjadi mendekati 100.000 transaksi dengan volume transaksi yang juga meningkat 43 persen mendekati Rp500 miliar.

"Akhir kuartal pertama tahun 2024 merupakan akhir periode program restrukturisasi kredit perbankan dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) setelah beberapa kali mengalami perpanjangan terbatas," ujarnya dalam keterangan kepada media, Senin 13 Mei.

Mengenai hal ini, lanjut dua, Bank Sampoerna sangat mengapresiasi peran pemerintah dan regulator yang telah mengeluarkan kebijakan yang berimbang dalam mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus mendorong pelaksanaan kegiatan perbankan yang penuh ke-hati-hati-an (prudent).

Ali menyampaikan, antisipasi yang dilakukan sejak lebih dari satu tahun lalu menjadikan berakhirnya periode program restrukturisasi ini tidak berdampak signifikan terhadap kinerja maupun fundamental keuangan Bank Sampoerna.

Namun, tantangan pada tahun 2024 tidak akan mereda. Meski pemilihan presiden telah berlangsung dengan baik, ketegangan politik global berpotensi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.

“Memang sejauh ini, beberapa lembaga nasional maupun internasional tidak melakukan revisi atas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2024. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 diperkirakan tetap akan kuat di kisaran 5,0 persen. Akan halnya bagi Bank Sampoerna sendiri, kami akan mengantisipasi dengan terus memantau dan memastikan kesiapan kami atas berbagai risiko yang mungkin akan meningkat termasuk risiko likuiditas dan risiko kredit,” terang Ali.

Henky Suryaputra, Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna mengatakan, fungsi intermediasi Bank Sampoerna yang berjalan baik juga didukung dengan pendapatan operasional non-bunga yang juga terus berkembang sehingga mendukung pertumbuhan laba Bank Sampoerna.

Bank Sampoerna membukukan laba bersih senilai Rp26,3 miliar pada kuartal pertama tahun 2024, meningkat 43 persen dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya.

“Melalui layanan di cabang dan terutama lewat layanan digital, termasuk layanan virtual account, setiap harinya kami memfasilitasi hampir 100 ribu transaksi. Volume transaksi yang terjadi juga cukup signifikan, pada kuartal pertama tahun ini saja, volume transaksi yang kami fasilitasi mencapai lebih dari Rp 40 triliun,” papar Henky.

Kinerja keuangan Bank Sampoerna yang baik tentunya dicapai tanpa mengabaikan kehati-hatian dan terus ditopang oleh struktur keuangan yang sehat.

“Mengantisipasi adanya kemungkinan kesulitan yang dihadapi debitur pada beberapa kuartal ke depan, pada kuartal pertama tahun 2024 ini Bank Sampoerna meningkatkan beban penyisihan penurunan nilai kredit hingga 35 persen menjadi Rp 75 miliar,” lanjut Henky.

Kualitas kredit sendiri terus terjaga baik dengan rasio pinjaman bermasalah bruto terhadap keseluruhan pinjaman (NPL) di tingkat 3,8 persen, atau relatif sama dengan gross NPL pada akhir Maret 2023 sebesar 3,9 persen.

Struktur keuangan Bank Sampoerna yang kuat dengan likuiditas yang baik antara lain terfleksikan pada rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang mencapai 28,8 persen, jauh melampaui minimal rasio yang direkomendasikan oleh regulator.

Rasio pinjaman terhadap DPK atau Loan to Deposit Ratio (LDR) juga berada dalam tingkat yang sehat sebesar 90,6 persen.

Demikian pula profitabilitas yang cukup baik ditunjukkan dengan rasio imbal ekuitas atau Return on Equity (ROE) yang naik di level 3,4 persen dari 2,4 persen pada satu tahun sebelumnya, dan rasio imbal balik aset atau Return on Asset (ROA) yang mencapai 0,8 persen, meningkat dari 0,7 persen.