JAKARTA - Pertamina Hulu Rokan (PHR) memaksimalkan lapangan minyak yang sudah menua (mature) bahkan sempat tidak produktif di Wilayah Kerja (WK) Rokan agar kembali dan terus berproduksi. Hasilnya, lapangan tua tersebut berhasil menambah pundi-pundi produksi yang bertujuan untuk menjaga ketahanan energi nasional.
Dua sumur tua dari Lapangan Kopar berhasil dilakukan put on production (POP), masing-masing diperoleh 802 barel per hari dan 1.445 barel per hari.
Executive Vice President (EVP) Upstream Business PHR Edwil Suzandi mengatakan, lapangan minyak yang menua dan berumur setengah abad di WK Rokan ternyata tetap memiliki potensi untuk dikembangkan produksinya. Satu di antaranya adalah Lapangan Kopar yang ditemukan pada tahun 1974 dengan kategori small field discovery dan lokasinya ada di bagian tengah WK Rokan.
“Kopar saat ini masih produktif sebagai lapangan produksi tahap primer di area Sumatra Light Oil (SLO) yang berada di wilayah kerja Zona 2 dan Zona 3 PHR. Hampir 9 tahun dalam status suspend (dihentikan) tanpa pemboran, akhirnya di akhir tahun 2023 ini dapat ditajak sejumlah pemboran sumur Kopar baru. Hasil proses produksi awalnya memberikan kontribusi cukup signifikan untuk PHR,” kata Edwil, dikutip Senin 13 Mei.
Edwil menjelaskan, proses awal pemboran sumur Kopar ini sempat terdampak banjir akibat tingginya curah hujan yang terjadi di awal tahun 2024 yang mengakibatkan meluapnya sungai Rokan dan rawa di daerah lokasi pemboran, termasuk jalan aksesnya. Akibat kondisi tersebut, harus dilakukan penghentian sementara kegiatan operasional termasuk mengevakuasi tim kerja berikut peralatan pemborannya.
Edwil menambahkan, setelah beberapa waktu penanganan banjir, kabar baik akhirnya datang dari hasil proses produksi atau put on production (POP) sumur pertama yang dilakukan pada 25 April 2024. Hasilnya, diperoleh angka awal produksi yakni 802 barel minyak per hari (BOPD).
"POP sumur kedua menyusul beberapa hari berselang dan memberikan laju alir produksi yang lebih tinggi yaitu 1.445 barel minyak per hari (BOPD). Aktual produksi sumur ini melebihi target produksi," tegas Edwil.
Berkat kolaborasi dan sinergitas antara berbagai fungsi, kata Edwil, akhirnya berhasil dialirkan minyak dari sumur-sumur baru Kopar untuk mengisi fasilitas stasiun pengumpul atau gathering station (GS) Petani yang selanjutnya dikirim ke terminal Dumai. Dia juga menegaskan, proses pekerjaan dan produksi di Lapangan Kopar ini berjalan dengan aman dan selamat.
BACA JUGA:
Di tempat terpisah, Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut Rikky Rahmat Firdaus menyampaikan apresiasi telah diaktifkan kembali sumur tua di Lapangan Kopar. Sebagai wilayah kerja penghasil produksi dan lifting minyak terbesar di Indonesia, Rikky berharap sumber daya sumur tua yang perpotensi produktif dapat terus direaktivasi (aktifkan kembali).
"Sejak alih kelola dari PT CPI ke PT PHR pada 9 Agustus 2021, produksi rata-rata WK Rokan telah mencapai 161 ribu barel minyak per hari (BOPD), meningkat dari sebelumnya yang berada di angka 158 ribu BOPD," terang Rikky.
Rikki juga menyampaikan bahwa kunci kesuksesan dalam pencapaian keberhasilan produksi migas di Wilayah Kerja Rokan yaitu adanya perubahan cara pandang yang tidak hanya sebatas mempertahankan produksi tetapi juga menaikkan produksi.
“Perubahan mindset akan melahirkan inovasi pemanfaatan teknologi digitalisasi dalam mendukung kerja operasi. Kolaborasi bersama pemangku kepentingan turut menjadi kunci bagi kelancaran operasi di daerah. Mindset kolaborasi terus ditunjukkan oleh PHR sehingga kendala operasional di lapangan dapat diselesaikan,” pungkas Rikky.