Bagikan:

JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memproyeksikan, kinerja ritel pada kuartal-II 2024 ini akan turun jika dibandingkan dengan kuartal pertama.

Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey mengatakan, ada beberapa penyebab penurunan ini akan terjadi. Pertama, itu normal terjadi penurunan belanja setelah peningkatan belanja yang didukung oleh masa Lebaran.

"Pasti akan turun karena setelah Lebaran di setiap tahunnya, maka masyarakat mengencangkan ikat pinggang menahan belanja, karena apa? Persiapan buat mereka memasuki Juni atau Juli kalau yang punya anak," ujar Roy dalam acara Halalbihalal di Rempah Manado, Jakarta, dikutip Rabu, 8 Mei.

Adapun pertumbuhan ritel pada kuartal I-2024 mencapai sekitar 5-7 persen secara tahunan (yoy). Pertumbuhan ini di antaranya adalah sumbangan dari adanya pemilu. Konsumsi pemerintah naik 6,25 persen sepanjang masa pemilu 2024.

"Pertumbuhan konsumsi di kuartal-II akan turun, maka otomatis kinerja ritel juga akan turun menjadi 4-5 persen. Jadi, lebih tipis marginnya," katanya.

Alasan kedua penurunan pertumbuhan ritel adalah karena adanya fluktuasi bunga perbankan atau kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 6,25 persen.

Menurut Roy, hal ini akan ikut mengerek pengeluaran masyarakat untuk membayar cicilan karena bunga kredit yang meningkat.

"Karena naiknya bunga harus bayar lebih tinggi, kan, angsurannya. Nah, daripada kehilangan rumah, mobil, motor, mendingan konsumsinya yang dikurangi," tuturnya.

Meski begitu, Roy optimistis konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2024 masih akan tumbuh di kisaran 3,8-4 persen secara yoy seiring berlalunya puncak konsumsi masyarakat. Ditambah pula dengan indeks keyakinan konsumen (IKK) yang akan tetap moderat selama inflasi masih terkendali.

"Terlihat dari capaian pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal I-2024 mencapai 4,91 persen yoy atau tertinggi pascapandemi," imbuhnya.