Bagikan:

JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatatkan laba bersih sebesar Rp5,3 triliun di kuartall I tahun 2024. Jumlah ini mengalami peningkatan 2 persen secara year on year (yoy). Kenaikan laba bersih BBNI pada kuartal I-2024 didorong oleh beban provisi yang turun menjadi Rp1,7 triliun atau menurun sebesar 19 persen yoy.

Sedangkan Net Interest Income (NII) tercatat turun menjadi Rp9,4 triliun atau mengalami penurunan sebesar 9.77 persen yoy.

Dikutip dari Stockbit Sekuritas, penurunan ini dikarenakan membengkaknya beban bunga sebesar 47,5 persen yoy. Sementara itu, Pre-Provision Operating Profit (PPOP) turun menjadi Rp8,2 trliun atau menurun 5,4 persen yoy

Dari segi operasional, kredit disalurkan tumbuh 9,6 persen yoy, sejalan dengan guidance manajemen di level 9 hingga 11 persen dan target industri dari BI dan OJK di rentang 9 hingga 12 persen.

Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) meningkat 4,9 persen yoy didorong oleh peningkatan CASA sebesar 6 persen yoy dan deposito 2,4 persen yoy. Hal ini membuat Loan-to-Deposit Ratio (LDR) naik ke level 89 persen.

Di sisi lain, Net Interest Margin (NIM) turun ke level 4,0 persen at berada jauh di bawah guidance manajemen yang mengincar 4,5 persen. Sementara beban bunga membengkak, terutama didorong oleh naiknya cost of funds menjadi 2,8 persen.

Dari sisi kualitas aset, Non–Performing Loan (NPL) Gross tercatat turun menjadi 2 persen dibandingkan kuartal yang sama pada periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2.8 persen.

Investment Analyst Lead Stockbit Rahmanto Tyas Raharja mengatakan, hasil laba bersih BBNI pada kuartal 2 tahun 2024 berada di bawah ekspektasi karena hanya mencapai 22,5 persen dari estimasi FY24F konsensus di level Rp23,6 triliun.

"Kami menilai performa operasional BBNI sebagai hasil yang netral. Hal tersebut karena meskipun beberapa metrik operasional mencapai hasil yang positif, profitabilitas BBNI tetap terkompresi," ujar Rahmanto, Senin 29 April.

Dikatakan Rahmanto, sisi positif kinerja BBNI ditujukkan oleh pertumbuhan kredit yang sejalan dengan guidance dan credit cost sebesar 1,0 persen sejalan dan lebih baik dibanding guidance manajemen di kurang dari 1,4 persen.

"NIM yang terkompresi, terutama akibat membengkaknya cost of funds. menjadi sisi negatif kinerja BBNI di Kuartal I 2024," pungkas Rahmanto.