JAKARTA - PT PLN Nusantara Power, Subholding Pembangkit PLN ini mengungkapkan tengah menjajaki kerja sama dengan negara lain terkait pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.
Asal tahu saja, pemerintah Indonesia menargetkan operasional PLTN akan berlangsung pada 2032 dengan total kapasitas sebesar 250 MW.
Direktur Management Human Capital dan Administrasi PLN Nusantara Power Karyawan Aji mengatakan, terdapat banyak faktor yang menyebabkan pengembangan nuklir harus dilakukan dengan kolaborasi. Adapun negara yaang tengah dijajaki untuk kerja sama PLTN salah satunya adalah Korea Selatan.
"Bukan hanya Korea Selatan, ada juga Rusia, ada Amerika Serikat. Tapi masih penjajakan dulu karena kita belum tahu teknologinya seperti apa," ujar Aji kepada awak media, Selasa 23 April.
Dikatakan Aji, sudah sewajarnya pengembangan PLTN dilakukan secara perlahan karena bergantung pada kebutuhan masing-masing negara. MEnurutnya jika Indonesia ingin mempercepat adaptasi energi maka hal yang paling tepat dilakukan adalah mempercepat pengembang PLTN. Sebaliknya, jika tidak terburu-buru, Indonesia masih bisa menggunakan energi terbarukan konvensional seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), biomassa, dan lain-lain yang ia sebut masih mencukupi untuk menopang kebutuhan di dalam negeri.
"Sebetulnya masalah jauh atau tidak tergantung kebutuhan kita ya. Kebutuhan kita ke depan dengan adaptasi energi mu secepat apa? Kalau semakin cepat aerinya dengan PLTN. PLTN itu kan tanpa mengeluarkan CO2. Kalau santai-santai saja ya PLTN pelan-pelan tidak masalah," beber Aji.
Meski demikian Aji menegaskan semua rencana pengembangan ini masih dalam tahap penjaajakan dengan negara-negara terkait, apalagi masih ada konflik geopolitik yang terjadi sehingga masih perlu dikaji lebih jauh.
"Penjajakan dulu masih. karena belum tahu teknologinya apa karena political juga, geopolitik juga ngaruh," pungkas Aji.
BACA JUGA:
Untuk informasi, sebelumnya PLN NP berkolaborasi dengan Korean Hydro & Nuclear Power (KHNP) Co. Ltd., dalam menjajaki pra kajian kelayakan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia dengan teknologi small modular reactor.
Hal ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Direktur Utama PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah dan President & CEO of KHP, Jooho Hwang dalam perhelatan Conference of the Parties ke-28 (COP28), di Dubai, Uni Emirat Arab pada Jumat 1 Desember.
Direktur Utama PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah optimistis kolaborasi dalam pengkajian energi alternatif ini akan berdampak positif bagi proses transisi energi di tanah air.
“Perkembangan tenaga nuklir saat ini sangatlah menonjol, bersifat lebih aman, lebih kecil dan bersifat modular sehingga mempunyai peran penting dalam lanskap pembangkitan listrik kita,” ujar Ruly dalam keterangan kepada media yang dikutip Senin, 4 Desember.
Dalam upaya menyukseskan transisi energi, Ruly berharap dapat membangun kemitraan strategis secara jangka panjang dengan KHNP dan berbagai pihak.