<i>Bye</i> Baja Impor! Produsen Dalam Negeri Mulai Rajai Pasar Domestik
Ilustrasi produk baja. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier mengatakan bahwa periode 2020 merupakan momentum kebangkitan industri baja nasional. Pasalnya, Indonesia berhasil menekan impor baja hingga 34 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Kita berhasil menekan impor sebesar 34 persen, dari sebelumnya pada 2017 hingga 2019 sering dibanjir produk impor. Ini merupakan buah dari sinergi kebijakan yang tepat dengan mengatur supply and demand secara terstruktur dan sesuai dengan kapasitas industri nasional,” tuturnya dalam keterangan resmi, Kamis, 4 Maret.

Taufiek menyebutkan, impor baja untuk jenis slab, billet, dan bloom pada 2020 sebanyak 3,46 juta ton, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 4,66 juta ton.

Penurunan impor juga terjadi pada jenis baja Hot Rolled Coil per Plate (HRC/P) yang pada 2020 menjadi 1,18 juta ton dari 1,64 juta ton di tahun sebelumnya.

Sementara itu, impor untuk jenis Cold Rolled Coil per Sheet (CRC/S) turun menjadi 591.638 ton pada 2020 dibandingkan 2019 yang sebesar 918.025 ton.

Adapun, untuk jenis baja lapis impornya juga turun menjadi 1,01 juta ton pada 2020 dari 1,27 juta ton di tahun sebelumnya.

“Langkah strategis lanjutan yang kami rancang adalah menarik investasi di sektor ini melalui kepastian peningkatan kebutuhan nasional 5 persen pertahun dengan prioritas kebutuhan industri dalam negeri,” ujarnya.

Selain itu, utilisasi produksi pelaku usaha baja nasional pada 2020 juga meningkat hingga 88,38 persen dari 2019 yang sebesar 67,86 persen.

Menurut Taufiek, hampir seluruh negara mengalami penurunan produksi baja pada tahun pandemi 2020.

Namun hal tersebut tidak terjadi di beberapa negara, seperti China yang produksinya justru meningkat 5,2 persen. Berikutnya, produksi baja di Turki juga meningkat 6 persen, Iran meningkat 13 persen, dan Indonesia meningkat hingga 30,25 persen dibandingkan pada 2019.

“Sektor industri baja merupakan salah satu indikator ekonomi. Kalau industri bajanya tumbuh, tentunya ekonomi kita bisa terbangun dengan kuat. Kemudian yang penting adalah kita harus mengoptimalkan produk-produk dalam negeri,” tutup Taufiek.