Bagikan:

JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) berhasil membukukan laba di tahun 2023. Atas capaian tersebut, kinerja Garuda Indonesia diproyeksikan akan semakin prospektif ke depannya. Proyeksi ini didasarkan pada indikator kinerja keuangan dan operasi yang tumbuh positif.

Analis Sinar Mas Sekuritas, Isfhan Helmy mengatakan ditengah pencatatan improvement posisi EBITDA secara tahunan atau year on year (yoy) serta langkah perbaikan ekuitas yang saat ini terus dijalankan.

“GIAA berhasil menambah efisiensi yang tercermin pada penurunan biaya non bahan bakar,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat, 5 April.

Di sisi lain, menurut Isfhan, Garuda Indonesia juga berhasil menekan biaya G&A hingga 25 persen selama 2023 menjadi 177 juta dolar AS, sementara biaya pemeliharaan juga turun sedikit sebesar 5 persen menjadi 387 juta dolar AS pada tahun 2023. Dimana penurunan terbesar dalam G&A adalah biaya layanan profesional yang turun 86 persen menjadi 15 juta dolar pada tahun 2023.

“EBITDA melampaui ekspektasi kami pada run-rate 105 persen yaitu sebesar 310 juta dolar AS dibandingkan ekspektasi kami sebesar 295 juta dolar AS,” ujarnya.

Meskipun total pendapatan sedikit lebih rendah dari ekspektasi kami yaitu sebesar 98 persen atau sebesar 2,9 miliar dolar AS, penghematan besar terjadi pada biaya non-bahan bakar yang turun sebesar 5 persen yoy dan hanya mencapai 93 persen dari ekspektasi.

Sementara itu, Isfhan mengatakan skema sewa pesawat yang dijalankan pascapandemi juga menguntungkan karena pembiayaan pesawat dihitung berdasarkan jam terbang.

“Hal ini tentu sangat menguntungkan Garuda Indonesia, karena EBIT FY23-nya sebesar 310 juta dolar AS, lima kali lipat dibandingkan EBIT tahun 2019 yang hanya sebesar 63 juta dolar AS. Hal ini dicapai secara luar biasa dengan hanya separuh dari jumlah armada sebelum pandemi,” ungkapnya.

Menurut Isfhan, peningkatan angka keuangan Garuda Indonesia tahun ini akan membawa katalis baru.

“Dengan kelipatan EV/EBITDAR saat ini sebesar 1,3 kali. Angka ini jauh di bawah maskapai sejenis di kawasan dengan layanan lengkap seperti Singapore Airlines yang saat ini beroperasi mendekati 2,5 kali EV/EBITDAR,” pungkasnya.

Profitabilitas Sesuai Jalur

Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda mengatakan, Garuda Indonesia sudah on the trackmeraih profitabilitas. Pada 2024, keuntungan Garuda diprediksi 580 juta dolar AS tahun ini.

“Pendapatan diperkirakan ikut naik hingga 40 persen menjadi 4,2 miliar dolar AS. Kami merekomendasikan pemodal untuk untuk wait and see saham Garuda,” ujarnya.

Di sisi lain, dia menegaskan, momentum Lebaran 2024 diharapkan mampu meningkatkan pendapatan Garuda. Hal ini juga dimanfaatkan perseroan dengan menyiapkan kursi tambahan dan juga diskon selama libur Lebaran.

Menurut Vicky, Garuda bakal memaksilmalkan semua potensinya untuk memacu pendapatan tahun ini.

“Perseroan juga mencatakan perbaikan operasional bisa membantu menghasilkan keuntungan, meski dinilai tidak signifikan,”ungkap Vicky.

Kepentingan Bisnis dan Kepentingan Nasional Seimbang

Sementara itu, pengamat penerbangan Gatot Rahardjo mengatakan dengan jumlah armada yang ada saat ini, Garuda Indonesia sudah berada pada jalur yang tepat karena manajemen berhasil menyeimbangkan kepentingan bisnis dan kepentingan negara sebagai maskapai pelat merah, mengkoneksikan udara di tanah air.

“Garuda group tinggal menyesuaikan kebutuhan secara maksimal penggunaan pesawat melalui armada yang perlahan mulai bertambah di tahun ini. Saya kira Garuda sudah bisa memilah mana rute penting dan menguntungkan bagi perusahaan. Penting dan menguntungkan ini tentu harus dipilah lagi yang betul-betul memberikan hasil dan manfaat besar secara keuangan bagi Garuda,” kata dia.

Gatot menambahkan, Garuda sekarang sudah bisa berkolaborasi lebih baik dengan Citilink sebagai anak perusahaan, baik untuk pengembangan bisnis maupun menjalankan tugas negara melalui ketersediaan armada yang ada.

“Jika nanti Garuda, Citilink dan Pelita jadi digabung dengan tetap mempertahankan AOC masing-masing, tentu juga akan lebih baik karena akan dapat bekerjasama dan lebih efisien dalam operasional perusahaannya,” pungkas Gatot.

Tahun kinerja 2023, Garuda Indonesia secara konsolidasi mencetak pertumbuhan pendapatan 40 persen menjadi 2,94 miliar dolar AS dari tahun sebelumnya 2,1 miliar dolar AS. Hal ini menjadi salah satu indikator bahwa langkah penyehatan kinerja usaha Garuda terus berjalan di dalam jalur (on the track).

Setelah melewati fase yang penuh tantangan di era pandemi beberapa tahun lalu dengan melaksanakan berbagai langkah perbaikan, Garuda berhasil membukukan laba tahun berjalan sebesar 252 juta dolar AS . Ini makin memperkuat fundamental Garuda pascamerampungkan restrukturisasi akhir 2022.

Dari sisi neraca, liabilitas jangka pendek Garuda turun 31 persen dari tahun 2022 sebesar 1,7 miliar dolar AS menjadi 1,2 miliar dolar AS. Ini menjadi inidikator penting dalam menggambarkan soliditas penyehatan kinerja keuangan khususnya terkait nilai utang usaha pada tahun kinerja berjalan.

“Kinerja operasional Garuda juga kokoh. Sepanjang 2023, Garuda Indonesia Group membukukan pertumbuhan jumlah penumpang hingga 34 persen menjadi 19,9 juta, dibandingkan 2022 sebanyak 14,8 juta. Perinciannya, Garuda mengangkut sebanyak 8.291.094 penumpang dan Citilink sebanyak 11.678.930 penumpang,” ucapnya.