JAKARTA - Perusahaan minyak dunia, Shell Plc., mengungkapkan rencananya untuk menutup 1.000 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) miliknya di seluruh dunia dalam kurun waktu dua tahun ke depan.
Dilansir dari Bloomberg, Shell berencana melakukan ekspansi bisnis ke bisnis stasiun pengisian kendaraan listrik seiring dengan peningkatan penggunaan kendaraan listrik di seluruh dunia.
Bagaimana nasib SPBU Shell di Indonesia?
Vice President Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea menegaskan Shell Indonesia saat ini tetap menjalankan bisnisnya di Indonesia.
"Shell tetap aktif menjalankan bisnis hilir minyak dan gas di Indonesia, termasuk memproduksi dan memasarkan pelumas, penjualan bahan bakar minyak (BBM), dan produksi bahan bakar rendah karbon (low-carbon fuel)," ujar Susi kepada VOI, Sabtu 30 Maret.
BACA JUGA:
Dikatakan Susi, Indonesia merupakan pasar pertumbuhan utama untuk bisnis pelumas Shell.
Di sektor pelumas, pada Maret 2024, Shell memulai pembangunan Pabrik Manufaktur Gemuk atau Grease Manufacturing Plant di Marunda dengan total kapasitas 12 kiloton per tahun.
"Pada November 2022, kami menggandakan kapasitas pabrik pelumas Shell di Marunda atau Lubricants Oil Blending Plant menjadi 300 juta liter per tahun," imbuh dia.
Di tahun 2023, lanjut Susi, Shell memperkenalkan produk cairan pendingin imersi atau immersion cooling fluids untuk mendukung industri pusat data di Indonesia yang sedang mengalami pertumbuhan.
Selain itu, Shell Lubricants Indonesia memperkenalkan Shell Mysella S 7N Ultra, produk pelumas mesin gas stasioner untuk meningkatkan kinerja industri tenaga listrik di Indonesia.
"Ini adalah bagian dari solusi pelumas terintegrasi yang kami hadirkan kepada para pelanggan kami, yang juga menunjukkan kepercayaan Shell terhadap Indonesia serta komitmen kami untuk mengembangkan bisnis pelumas dan untuk memenuhi permintaan pasar Indonesia," pungkas Susi.