JAKARTA - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Regional Sumatera Subholding Upstream Pertamina membuat inovasi baru dalam upaya pemboran sumur minyak dan gas (migas) di lapangan Wilayah Kerja (WK) Rokan, yakni Open-hole Slotter Liner (Pensl).
Inovasi ini berhasil membuat penghematan biaya pemboran hingga Rp4,5 miliar setiap sumurnya.
Executive Vice President Upstream Business PHR Edwil Suzandi mengatakan, dirinya menyadari bahwa PHR mendapat limpahan alih kelola lapangan-lapangan yang sudah mature (menua). Namun, hal itu bukan alasan untuk tidak produktif.
"Inovasi para perwira telah mematahkan anggapan tersebut. Karena itu kami terus memberi ruang bagi anak-anak bangsa yang tergabung di PHR untuk melakukan inovasi," kata Edwil dalam keterangannya kepada media, Jumat 15 Maret.
Manager Well Development SLO PHR Muhamad Irfan mengatakan, sebelumnya dalam upaya pemboran sumur, diperlukan rig (instalasi) pemboran untuk melakukan perekahan (fracturing) sumur yang lapisan batuannya berkualitas rendah atau low quality reservoir (LQR), di mana fluida mengandung minyak sulit mengalir.
Proses fracturing dilakukan menggunakan rig khusus. Dengan rencana pemboran yang masif di PHR dan jumlah rig fracturing yang terbatas, membuat daftar tunggu menjadi panjang.
BACA JUGA:
Melalui inovasi Pensl, kata dia, proses rig pemboran untuk perekahan ini tidak lagi diperlukan. Sehingga berdampak pada tidak ada waktu tunggu atau antrean pemboran yang lama, dan otomatis berdampak pada penghematan biaya pemboran.
"Dengan inovasi Pensl ini bisa memangkas hingga 50 hari waktu pemboran untuk masuk ke rencana produksi atau put on production (POP). Metode Pensl ini juga berhasil menghemat biaya pemboran hingga rata-rata Rp 4,5 miliar per sumur," kata Irfan.
Irfan menambahkan, dari uji coba 20 sumur di lapangan Balam South WK Rokan, terdapat kenaikan produksi rata-rata sebesar 400 barel minyak per hari (BOPD). Selain itu, lanjut Irfan, melaui inovasi Pensl ini, PHR memberikan penambahan keuntungan (revenue growth) dan penghematan senilai Rp 140 miliar dari 20 sumur tersebut bagi negara. Dalam proyeksinya, Irfan memperkirakan penerapan metode Pensl hingga akhir tahun dapat menghasilkan revenue growth dan penghematan biaya hingga Rp 210 miliar bagi negara hingga akhir 2024 ini.