Begini Kondisi Ekonomi dan Pasar Modal Pascapemilu
Ilustrasi - (Foto: Unsplash/Mathieu Stern)

Bagikan:

JAKARTA - Di tengah euforia masa pemilihan umum (Pemilu) Presiden dan Legislatif pada 2024 ini, investor kerap mempertanyakan potensi perubahan kebijakan efek terpilihnya salah satu kandidat yang dapat mempengaruhi bisnis ke depannya. Khususnya pada emiten di pasar modal.

Direktur Bisnis Konsumer BRI Handayani mengungkapkan bahwa, memasuki kuartal satu 2024, terdapat optimisme melandainya inflasi dan pemangkasan suku bunga secara global dapat menjadi sentimen positif terhadap pasar keuangan domestik terutama terhadap stabilitas nilai tukar uang rupiah.

Adapun, Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga hingga menjadi 6 persen dan diproyeksikan tidak akan menaikkannya lagi, namun masih terdapat ketidakpastian di tahun 2024 terutama terkait dengan perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan kebijakan moneter The Fed.

“Tentunya diperlukan panduan untuk nasabah retail dalam menentukan strategi investasi yang tepat,” ucap Handayani melalui keterangannya, dikutip Minggu, 25 Februari.

Senada dengan hal ini, Direktur Retail and IT BRIDS Fifi Virgantria menyampaikan bahwa pemilu yang damai akan memberikan dampak positif terhadap stabilitas pasar dan saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan.

“Sehingga kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis ke depan yang tentunya akan berdampak pada kinerja emiten di pasar modal,” jelasnya.

Selanjutnya, Head of Equity Research BRIDS Erindra Krisnawan menyampaikan pilpres yang berlangsung dengan baik memberikan konfirmasi atas faktor stabilitas Indonesia. Hal tersebut tercermin dari optimisme pasar pasca pilpres yang ditandai dengan aliran dana investor asing yang masuk.

Selain itu, juga didukung oleh ekspektasi dan prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang lebih tinggi di era pemerintahan baru. Menurutnya, trend positif ini bisa berlanjut jika didukung oleh adanya indikasi pertumbuhan laba bersih yang dapat membaik di atas level sebelumnya 7 persen hingga 8 persen.

“Sementara itu, stabilitas makroekonomi saat ini memberikan proteksi untuk investor terhadap downside risk dari pertumbuhan” tuturnya.

Kemudian, Founder Komunitas and Investor Rivan Kurniawan menjelaskan bahwa sebenarnya tidak ada urgensi bagi Bank Indonesia untuk menaikkan tingkat suku bunga di tengah target inflasi yang terkendali.

Menurutnya fundamental ekonomi Indonesia yang dinilai cukup baik, di tahun 2024 ini diharapkan dapat menjadi katalis positif seiring dengan capital inflow.

“Selain itu, akan terdapat sektor yang diunggulkan ketika Prabowo dan Gibran terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden, antara lain sektor energi dengan hilirisasi, minyak kelapa sawit, semen, terkait dengan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), dan masih banyak sektor-sektor lainnya.” jelas Rivan.

Sedangkan dari sisi ilmu Feng Shui, Menurut Pakar Feng Shui Yulius, selaku Founder Feng Shui Consulting Indonesia menjelaskan meski tahun naga kayu identik dengan kemakmuran untuk Indonesia, namun perlu ada antisipasi meliputi efek perang yang masih akan memanas, suku bunga tinggi serta inflasi masih akan menjadi issue dan adanya bencana pemanasan global dan perubahan iklim dari siklus el nino.

Lebih lanjut, Yulius mengatakan dari sisi ekonomi, recovery dunia akan lambat dan cenderung stagnan di tahun naga kayu ini. Oleh karena itu, strategi investasi 2024 adalah dengan menyesuaikan profil risiko masing-masing, hindari memaksakan diri, dan harus meningkatkan pengetahuan serta daya tahan investasi.