JAKARTA - Bank Indonesia (BI) optimis pertumbuhan kredit 2024 diperkirakan meningkat dalam kisaran 10 persen hingga 12 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan ke depannya, Bank Indonesia terus memperkuat efektivitas implementasi kebijakan makroprudensial yang akomodatif, dan meningkatkan sinergi dengan Pemerintah, otoritas keuangan, Kementerian/Lembaga, perbankan, serta pelaku dunia usaha.
Adapun, Kredit perbankan pada awal 2024 tumbuh tinggi dengan mencatatkan pertumbuhan kredit pada Januari 2024 11,83 persen (yoy), didorong oleh masih kuatnya sisi penawaran dan permintaan
"Dari sisi penawaran, kapasitas permodalan perbankan yang kuat dan likuiditas yang memadai turut menopang peningkatan kredit," ujarnya dalam konferensi pers RDG Februari 2024, Rabu 21 Februari 2024.
Perry menyampaikan ketersediaan likuiditas perbankan tercermin pada tingginya rasio AL/DPK sebesar 27,79 persen dan didukung pula oleh kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) Bank Indonesia, khususnya bagi bank-bank yang menyalurkan kredit pada sektor-sektor prioritas.
Untuk menyikapi funding gap sejalan dengan pertumbuhan DPK sebesar 5,80 persen dan agar tetap menjaga kapasitas penyaluran kredit, bank-bank menempuh dua strategi utama yaitu realokasi alat likuid dari surat-surat berharga dan penguatan pendanaan non-DPK.
Perry mengatakan Bank memiliki preferensi untuk mendorong penyaluran kredit pada sektor potensial yang menjadi ekspertise bank dan sesuai risk appetite, antara lain ke Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Industri, Pertanian, Jasa Dunia Usaha, dan Konsumsi.
"Secara umum, sektor-sektor tersebut menunjukan kinerja usaha korporasi yang baik, mendorong terjaganya kemampuan membayar," jelasnya.
BACA JUGA:
Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit investasi dan kredit modal kerja, masing-masing sebesar 13,39 persen (yoy) dan 12,26 persen (yoy), diikuti kredit konsumsi yang tumbuh sebesar 9,64 persen (yoy).
Sementara dari sisi permintaan, peningkatan kredit didorong oleh terjaganya kinerja korporasi dan rumah tangga. Sementara secara sektoral, pertumbuhan kredit terutama terjadi pada sektor Pertambangan, Jasa Sosial, dan Jasa Dunia Usaha.
Adapun, pembiayaan syariah terus melanjutkan pertumbuhan tinggi, yaitu mencapai 15,67 persen (yoy) pada Januari 2024, sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 8,97 persen (yoy).