JAKARTA - Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangann Industri Sektor ESDM, Agus Tjahajana memproyeksikan pada tahun 2040 kendaraan berbahan bakar minyak akan berkurang hingga 50 persen.
Ia menyebut hal ini bisa terjadi lantaran program transisi energi di bidang transportasi menyebabkan produsen kendaraan bermotor mulai mengalihkan produksinya dari kendaraaan berbasis BBM, internal combustion engine (ICE) dengan kendaraan ramah lingkungan.
"Forecast di 2040 tinggal 50 persen malah ada yang bilang tinggal 40 persen, dan sisanya itu adalah kendaraan-kendaraan yang ramah lingkungan," ujar Agus kepada media yang dikutip Senin 29 Januari.
Nantinya, kata Agus, kendaran ramah lingkungan yang beredar akan terdiri dari beberapa jenis seperti kendaraan listrik (electric vehicle/EV) berbasis baterai, atau kendaraan hybrid.
Sementara untuk kendaran listrik, akan dibagi berdasarkan bhan dasar baterai penggerak seperti Nickel-Mangan-Cobalt (NMC) dan baterai berbasis Lithium Ferro Phosphate (LFP) yang dikatakan memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing.
BACA JUGA:
"LFP itu ada kekurangannya dibandingkan dengan NMC, jadi density dari energinya lebih rendah, jadi kalau dari skala 10 density energinya nikel, yang LFP itu density-nya 5," sambung Agus.
Lebih jauh ia menjelaskan dari sisi ukuran, LFP jauh lebih berat dari NMC karena memiliki kandungan besi yang cukup besar.
"Apa coba artinya? Kalau ingin sama bearti harus lebih besar. Untuk jarak motor deh, motor itu sekitar 10-12 kg yang NMC, kalau pakai LFP bisa 16 kg. Abis itu, karena decity lebih kecil sehingga perlu barangnya lebih besar," pungkas Agus.