Eksplorasi Badan Geologi Temukan Wilayah dengan Kandungan Lithium dan Boron
Ilustrasi tambang (Foto: dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkapkan telah melakukan kegiatan eksplorasi terhadap logam tanah jarang (LTJ) jenis lithium dan boron sepanjang tahun 2023. Dalam eksplorasi tersebut, Plt Badan Geologo Muhammad Wafid mengatakan pihaknya menemukan beberapa wilayah dengan kadar lithium dan boron yang cukup menjanjikan.

"Kami juga merekomendasikan usulan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) LTJ yang pertama kali diusulkan di Indonesia yakni di Mamuju," ujar Wafid dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat 19 Januari.

Wafid menjelaskan lithium dan boron merupakan salah salah satu bahan baku kendaraan listrik.

Boron adalah komponrn penting htdrogen fuel cells yang merupakan energi alternatif untuk kendaraan listrik. Boron juga bahan baku dari neodymium-iron-boron (NdFeB) magnet dan bahan baku untuk pyrex.

Asal tahu saja, permintaan boron naik 30 persen di tahun 2022 dan akan terus menanjak seiring dengan permintaan kendaraan listrik dan industri Energi Baru Terbarukan (EBT) di tahun mendatang.

"Ke depan diharapkan lebih banyak wilayah yang diusulkan untuk WIUP LTJ," sambung Wafid.

Lebih jauh Wafid menjelaskan, dari eksplorasi yang dilakukan pihaknya juga menemukan potensi lithium di daerah Bledug Kuwu.

Wafid bilang, berdasarkan hasil aluasi, Bledug Kuwu merupakan gunung lumpur (mud volcano) yang terletak di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Pada Bledug Kuwu terdapat beberapa tambang garam tradisional yang diusahakan oleh masyarakat sekitar.

Secara geologi, gunung lumpur Bledug Kuwu terletak di Cekungan Kendeng yang terdiri dari batuan-batuan sedimen yang beberapa merupakan reservoir gas dan minyak bumi. Gunung lumpur tersebut terbentuk akibat kompresi tektonik dan tekanan gas di bawah permukaan yang membentuk struktur diapir.

Wafid bilang, pengambilan sampel untuk analisis litium dilakukan dengan mengambil air yang keluar dari gunung lumpur tersebut. Selain itu, sampel air juga diambil pada tambang garam tradisional.

"Petani garam menyalurkan air yang keluar dari gunung lumpur lalu diendapkan selama kurang lebih 2 (dua) minggu sampai mengkristal menjadi garam. Garam tersebut lalu diambil dan terdapat sisa – sisa air yang tidak mengkristal menjadi garam. Air tersebut yang diambil untuk dianalisis litium," beber Wafid.

Air yang keluar pada gunung lumpur Bledug Kuwu mempunyai kadar litium 103 – 111 ppm dan boron 464 – 534 ppm. Sedangkan air sisa pada tambang garam mempunyai kadar litium mencapai 1059 – 1110 ppm dan boron 2660 – 2781 ppm.

"Terdapat peningkatan kadar litium dan boron yang signifikan setelah garam mengkristal sehingga dapat menjadi sumber baru litium dan boron. Kadar litium yang tinggi tersebut menjadi rekomendasi untuk penyelidikan tahap selanjutnya yaitu eksplorasi dengan studi geofisika dan hidrogeologinya. Pengelolaannya dan pemanfaatnnya dilakukan dengan mekanisme sesuai lelang mineral logam sesuai dengan aturan yang berlaku," pungkas Wafid.