JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan likuiditas perbankan tetap memadai didukung oleh kebijakan makroprudensial akomodatif, antara lain implementasi Kebijakan Insentif Likuditas Makroprudensial (KLM) sehingga memperkuat lending capacity perbankan.
Perry menyampaikan, total tambahan likuiditas dari insentif KLM mencapai Rp163,3 triliun per Desember 2023 atau meningkat sebesar Rp55 triliun sejak penerapan KLM pada 1 Oktober 2023.
"Perkembangan likuiditas tersebut berdampak positif terhadap suku bunga perbankan, dengan suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit pada November 2023 tetap terjaga, masing-masing di 4,46 persen dan 9,29 persen," ucapnya dalam konferensi pers, Kamis 21 Desember.
Selain itu, Perry menyampaikan likuiditas yang memadai juga didukung oleh keberadaan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang diperdagangkan di pasar sekunder sehingga meningkatkan fleksibilitas perbankan dalam mengelola likuiditas dan turut mendukung terjaganya lending capacity perbankan.
"Bank Indonesia akan terus meningkatkan efektivitas implementasi KLM untuk mendorong penyaluran kredit/pembiayaan perbankan yang lebih tinggi pada sektor-sektor yang memiliki daya ungkit besar dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," jelasnya.
BACA JUGA:
Sementara itu, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan di Indonesia kembali melambat per November 2023.
BI menerangkan pada bulan November 2023 DPK hanya tumbuh 3,04 persen secara tahunan (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 3,9 persen yoy.
Adapun pada November 2023, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tetap terjaga tinggi, yaitu 26,04 persen. Walaupun turun dibandingkan bulan sebelumnya di 26,36 persen.