JAKARTA - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung menjelaskan, pertumbuhan kredit bank pada April 2024 yang mencapai 13,09 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
"Kita tahu dalam rapat dewan gubernur (RDG) bulanan bahwa pertumbuhan kredit di bulan April itu cukup menggembirakan tumbuh sebesar 13,09 persen," kata Juda dalam Taklimat Media Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial, Senin, 3 Juni.
Juda menjelaskan, faktor penyebab kredit bank dapat tumbuh tinggi, karena adanya permintaan dan penyaluran kredit yang tinggi pada April 2024 sehingga membuat pertumbuhan kredit yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
Selain itu, Juda menyampaikan, dari sektor riil permintaan kredit tumbuh tinggi tercermin dari pertumbuhan kredit dari sektor korporasi yang mencapai 20,32 persen.
Dia menambahkan, faktor lainnya berasal dari perbankan yang memiliki gairah untuk menyalurkan kredit yang tinggi.
"Ini perkembangan yang cukup menggembirakan. Sektor riil menggembirakan dan sektor perbankannya memiliki appetite, gairah untuk menyalurkan kredit ke sektor riilnya," tutur Juda.
Juda menambahkan, BI akan menyalurkan likuiditas yang memadai untuk meningkatkan penyaluran kredit dan berharap, kebutuhan masyarakat akan kredit dapat meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan pada April 2024 pertumbuhan kredit perbankan terus meningkat sebesar 13,09 persen (yoy) didorong oleh pertumbuhan kredit di banyak sektor, seperti sektor industri, jasa dunia usaha, dan perdagangan, sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Perry menyampaikan, tingginya permintaan kredit dipengaruhi oleh sisi penawaran, sejalan dengan terjaganya appetite perbankan yang didukung oleh tingginya permodalan, berlanjutnya strategi realokasi aset ke kredit oleh perbankan, dan diterapkannya Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang menjaga kecukupan likuiditas perbankan.
BACA JUGA:
Selain itu, Perry mengatakan, pertumbuhan kredit tersebut Juda ditopang oleh pertumbuhan DPK yang terus meningkat, yang mencapai 8,21 persen (yoy) pada April 2024.
"Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja korporasi dan rumah tangga yang tetap terjaga baik," jelasnya beberapa waktu lalu.
Perry menyampaikan Bank Indonesia akan terus memperkuat efektivitas implementasi kebijakan makroprudensial akomodatif dan mempererat sinergi dengan Pemerintah, KSSK, perbankan, serta pelaku usaha untuk mendukung peningkatan kredit/pembiayaan bagi pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.