Ekonomi Hijau akan Tingkatkan Pendapatan Masyarakat hingga Rp902,2 Triliun
Ilustrasi rupiah (Foto: dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Transisi dari ekonomi ekstraktif ke ekonomi hijau dinilai tak hanya menguntungkan negara dan pengusaha saja. Akan tetapi, penerapan ekonomi hijau di Indonesia berpotensi juga meningkatkan pendapatan masyarakat.

"Pendapatan masyarakat kalau business as usual cuma dapat Rp582,3 triliun, tapi kalau bergerak ke sektor yang lebih hijau (mencapai) Rp902,2 triliun," kata Ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira kepada wartawan yang dikutip Rabu, 20 Desember.

Bhima menilai, apabila pemerintah ingin mendorong konsumsi rumah tangga lebih tinggi, berarti pendapatan masyarakatnya juga harus meningkat signifikan.

"Kami lihat secara sektoral mulai dari pengadaan listrik dan gas, industri pengolahan, itu juga akan terdorong pendapatannya lebih tinggi," ujarnya.

Menurut dia, ekonomi hijau dapat meningkatkan upah minimum untuk hidup layak di Jakarta yang diperkirakan hampir mencapai Rp15 juta per bulan. Sementara, untuk saat ini upah minimum di Jakarta hanya sekitar Rp5 juta.

"Jawabannya apa? Ya, lebih banyak buka sektor lapangan pekerjaan hijau," ucap Bhima.

Dia menambahkan, ekonomi ekstraktif seperti nikel dan timah volatilitasnya tinggi. Volatilitas harga minyak mentah dan batu bara tidak terkendali jika kondisi geopolitik memanas, seperti perang Ukraina dan Rusia.

"Faktor-faktor eksternal itu yang membuat ekonomi (Indonesia) naik turun, termasuk pendapatan masyarakat. Kami harus move on dan butuh ekonomi yang lebih berkelanjutan (sustainable)," imbuhnya.