JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan (BBSPGL) Badan Geologi melaporkan lautan Indonesia menyimpan potensi volume logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth element yang banyak dicari di dunia.
Logam tanah jarang itu sendiri merupakan primadona dunia seiring dengan meningkatnya pemanfaatan energi bersih dan menjadi unsur utama dalam produk-produk kendaraan listrik maupun elektronik.
Kepala BBSPGL Hadi Wijaya mengatakan, dari hasil survei dan pemetaan serta pengolahan data yang dilakukan BBSPGL, Hadi mengungkapkan, terdapat potensi sebesar 4,6 miliar m3 mineral berat pembawa logam tanah jarang, emas plaser sebanyak 268,4 juta m3, pasir timah 386,4 juta m3, pasir silika sebanyak 22,8 miliar m3, serta 30 miliar m3 pasir besi.
"Ini semua sebetulnya hasil murni dari Badan Geologi dan belum ditambahkan dengan hasil penelitian para mitra ataupun stakeholder yang terkait. Jadi artinya begitu besarnya potensi untuk mineral kelautan di Indonesia," ujar Hadi dalam keterangannya kepada media yang dikutip Selasa, 19 Desember.
Hadi menambahkan, dengan manfaat yang besar dari logam tanah jarang, BBSPGL getol melakukan survei dan pemetaan serta telah melakukan pendaataan terhadap potensi-potensi yang ada.
"Kami sudah memperoleh data, jadi dari survei di seluruh indonesia itu, kami masih mencakup sekitar 10 persen, yang artinya PR (pekerjaan rumah)-nya masih banyak," lanjut dia.
Dari 10 persen tersebut, Hadi mengatakan, BBSPGL telah melakukan survei dan pemetaan terhadap 1.820 sampel dari 12 komoditas di 30 lokasi perairan Indonesia, yang mana sampel tersebut diambil dari sedimen dasar laut yang menggunakan peralatan geologi.
BACA JUGA:
Selain itu, apabila sampel yang diambil berada pada laut yang kedalamannya lebih dari 500 meter, BBSPGL menggunakan kapal riset canggih, yakni kapal Geomarine III, yang memiliki multipurpose vessel, dengan fungsinya untuk pemetaan hidrografi, oseanografi, geologi, maupun geofisika.
"Sepanjang tahun 2023 ini, BBPSGL melakukan survei menggunakan kapal geomarine dan perahu kecil, tercatat bahwa kita telah memperoleh lintasan survei sepanjang 4.790 KM, atau hampir 5 kali bolak-balik Jakarta-Banyuwangi, ini yang terpanjang selama 5 tahun terakhir," imbuhnya.
Namun, Hadi menegaskan, potensi tersebut tidak dapat diartikan potensi di seluruh wilayah Indonesia, karena seperti dikatakan sebelumnya bahwa survei yang dilakukan baru mencakup 10 persen saja dan belum ditambahkan dengan survei dari stakeholder.