Bagikan:

JAKARTA - "Program Kartu Prakerja, benar-benar membuat masyarakat jadi bisa kerja," kira-kira itulah kalimat yang bisa mengungkapkan tanggapan saya bersama sekitar 17,5 juta alumni Prakerja lainnya, yang terserap di berbagai lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia.

Pada Maret 2023 lalu, saya berkesempatan untuk mengikuti pelatihan yang disediakan oleh Program Kartu Prakerja. Saya memilih untuk mengikuti program pelatihan jurnalistik, karena di saat yang sama, saya juga sedang berada dalam tahap akhir wawancara, sebelum bergabung bersama ANTARA untuk menjadi Koresponden Teks.

Saya memilih untuk mengambil pelatihan tersebut, karena saya merasa belum memiliki ilmu yang baik dalam bidang jurnalistik, meskipun di saat yang sama saya berhasil melewati dua tahapan wawancara dalam proses rekrutmen untuk bergabung bersama ANTARA.

Pelatihan yang saya ikuti diisi oleh seorang yang profesional dan berpengalaman di bidangnya, yaitu Djaka Susila, salah seorang jurnalis senior di media terkemuka di Indonesia. Melalui pelatihan tersebut, saya merasa terbantu dalam mengejawantahkan teori yang dipelajari di bangku kuliah, dengan praktek nyata yang dihadapi di dunia jurnalisme.

Meskipun pelatihan berjalan secara daring, pelatihan yang diberikan bukan hanya berupa penyampaian materi. Proses pelatihan juga berjalan interaktif melalui diskusi, sesi tanya-jawab secara lisan, serta penugasan di setiap sesi pertemuan. Penugasan tersebut juga berfungsi sebagai syarat untuk mengikuti pelatihan di sesi berikutnya, sehingga, para peserta yang mengikuti pelatihan tersebut termotivasi untuk menyelesaikan tugasnya.

Saya yang merupakan alumni Prakerja gelombang ke-49 (skema normal) merasa ilmu yang diberikan sangat bermanfaat, dan mampu membantu saya dalam beradaptasi di dunia kerja yang baru saya jalani ini. Sebelumnya saya berprofesi sebagai guru pengabdian di salah satu pondok pesantren di Jawa Timur. Hal itu persis seperti apa yang pernah disampaikan Direktur Eksekutif Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari.

"Prakerja memberikan akses buat angkatan kerja untuk bisa membekali dirinya dengan skill-skill baru, supaya kemudian mereka bisa adaptif dan resilient. Artinya adalah kalau kemudian ada unit perusahaan yang tiba-tiba ditiadakan, atau tantangan pekerjaan itu berubah, kita kemudian siap, punya daya lenting, dan fleksibel untuk kemudian mengambil kesempatan yang terbuka," kata Denni beberapa waktu yang lalu.

Skema normal, dan bukan skema semi-bansos

Sejak awal 2023, Prakerja sudah berjalan dengan menggunakan skema normal, di mana para peserta mendapatkan biaya pelatihan sebesar Rp3,5 juta, insentif pascapelatihan Rp600.000 yang akan diberikan sebanyak satu kali, serta insentif survei Rp100.000 untuk dua kali pengisian survei.

Prakerja tidak lagi menggunakan skema semi-bansos seperti pada tahun-tahun sebelumnya, di mana peserta mendapat biaya pelatihan sebesar Rp1 juta, insentif setelah pelatihan Rp2,4 juta yang diberikan sebanyak empat kali selama empat bulan (Rp600.000 per bulan), serta insentif survei sebesar Rp150.000. Hal itu diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 113 Tahun 2022, yang peraturan pelaksanaanya tertuang dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 17 Tahun 2022.

Prakerja yang diluncurkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sejak April 2020 dirancang untuk mempersiapkan angkatan kerja Indonesia untuk mendapatkan pelatihan, demi meningkatkan kompetensi tenaga kerja, meningkatkan produktivitas dan daya saing angkatan kerja, serta mengembangkan kewirausahaan.

Upaya pengembangan kewirausahaan yang diberikan melalui sejumlah pelatihan yang disediakan oleh Prakerja juga membantu dalam mempersiapkan negara dalam menghadapi resesi dan stagnasi ekonomi yang bisa datang kapan saja.

"Ketika kita bicara resesi dan stagnasi ekonomi, kita jangan hanya berpikir kekinian. Disrupsi di dalam lapangan pekerjaan ini akan terus terjadi, akan semakin cepat, dan semakin sering. Kita harus bersiap, Prakerja telah mempersiapkan bagi masyarakat yang mengikuti program ini untuk mengembangkan kompetensi diri, untuk dapat mempersiapkan diri ke dunia kerja yang lebih unggul, termasuk bagi korban PHK," ucap Denni Puspa Purbasari.

Tidak hanya berbasis daring, namun juga luring

Prakerja tidak hanya memfasilitasi para peserta untuk melakukan pelatihan secara daring, namun juga menyediakan sejumlah pelatihan secara luring atau pelatihan tatap muka. Data Prakerja menunjukkan pada 2023 ini terdapat 168 pelatihan tatap muka yang diselenggarakan oleh 75 lembaga pelatihan.

Dari angka itu, ada lebih dari 20 ribu pembelian kelas tatap muka yang tersebar di 38 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Diantaranya adalah Bali, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Riau, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan seluruh provinsi yang ada di pulau Jawa.

Beberapa bidang pelatihan yang mendapatkan minat paling besar adalah di bidang pemasaran, teknologi informatika, desain grafis, pariwisata dan perhotelan, otomotif, dan pertanian. Beberapa bidang lain yang juga banyak diminati antara lain akuntansi, konten kreasi, administrasi, tata usaha, dan bahasa asing.

Belum lama ini, Prakerja bersama Hino Academy mengadakan kegiatan Pelatihan Mengemudi Kendaraan Besar Bus dan Truk secara luring di Purwakarta. Ada juga pelatihan Perawatan Dasar Alat Berat (Bulldozer and Excavator) yang diselenggarakan United Tractors di Cakung, Jakarta Utara. Keduanya berlangsung selama beberapa hari.

Direktur Pemantauan dan Evaluasi Prakerja Cahyo Prihadi mengatakan Prakerja membuka peluang kepada masyarakat untuk melakukan sejumlah upaya skilling, resklling, dan upskilling. Pelatihan Mengemudi Kendaraan Besar Bus dan Truk oleh Hino Academy dapat membantu peningkatan kompetensi peserta dengan mempelajari hal-hal baru.

"Prakerja tujuannya untuk memastikan orang punya pelatihan (dan) meningkatkan kompetensi. Sedangkan untuk orang yang sudah bekerja, bisa meningkat kualitas dan daya saingnya. Awalnya sopir mobil pick up, sekarang jadi sopir mobil truk," kata Cahyo.

Rakhmad Abadi asal Purwokerto, merupakan salah seorang peserta Pelatihan Mengemudi Kendaraan Besar Bus. Ia yang merupakan sopir taksi daring mengaku tidak panik, bahkan senang karena merasakan sensasi berada di balik kemudi bus.

"Saya dulu SMK jurusan otomotif dan pernah kerja di pabrik otomotif juga, sehingga sengaja membeli pelatihan ini," katanya.

Setelah mendapat sertifikat dari Hino Academy, Rakhmad berharap dirinya bisa mendapat pekerjaan di Perusahaan Otomotif (PO) bus yang bekerja sama dengan Hino.

"Tidak apa kalau awalnya jadi co-driver. Saya sadar kok ilmunya masih dasar dan belum berpengalaman," ujarnya.

Melalui berbagai pengalaman tersebut, terbukti Prakerja telah berupaya untuk masyarakat Indonesia dalam menyediakan layanan pelatihan, untuk mengembangkan berbagai kemampuan masyarakat untuk dapat hidup dan bekerja, bukan sekadar memfasilitasi masyarakat untuk menonton pelatihan dan dibayar.