Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Ministry of Industry and Information Technology (MIIT) Republik Rakyat Tiongkok (RRT) telah menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) terkait kerja sama sektor industri.

Ruang lingkup yang akan dikerjasamakan meliputi Automobile, Lithium Battery, Semiconductor, Bio-Prospective, Pharmacy, dan Industrial Technology Development.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, penandatanganan kerja sama ini mencerminkan komitmen awal kedua belah pihak untuk memajukan sektor industri secara saling menguntungkan.

Keduanya sepakat untuk terus menjajaki kerja sama khusus di bidang Advanced Industry Cooperation dalam kerja sama yang akan ditandatangani oleh kedua menteri.

"Menghadapi tantangan besar ke depan, saya yakin kolaborasi adalah kunci, dan saya berharap diskusi ini dapat meningkatkan serta mempererat hubungan antara kedua negara, khususnya dalam kerja sama sektor manufaktur," ujar Menperin Agus dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Selasa, 5 Desember.

Menperin Agus menyampaikan pertumbuhan industri nonmigas pada triwulan III 2023 sebesar 5,20 persen. Capaian tersebut menunjukkan kemampuan pemerintah dalam menjaga kondisi industri agar tetap tumbuh positif di tengah gejolak dan tantangan ekonomi, baik dari sisi eksternal maupun internal.

Adapun pada ASEAN-China Summit yang berlangsung November lalu di Kamboja, telah disepakati dan diluncurkan perundingan Upgrading ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) 3.0. Forum sepakat bahwa Upgrading ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) 3.0 akan memastikan inklusivitas, modern, komprehensif, dan saling menguntungkan kedua belah pihak.

Para pihak juga menyepakati negosiasi upgrading akan menargetkan tingkat liberalisasi tarif yang lebih bermakna dan baik. Saat ini, dalam skema ACFTA masih terdapat beberapa produk unggulan Indonesia yang termasuk dalam kategori sensitive tracks di RRT, termasuk produk kertas.

Lebih lanjut, dalam China-ASEAN Forum on Emerging Industries yang diselenggarakan pada 4-5 Juli 2023 di Shenzhen, Tiongkok, Menteri MIIT Tiongkok mengajak negara anggota ASEAN dan Tiongkok untuk bersama-sama menjajaki pembentukan mekanisme dialog Menteri ASEAN-China di sektor industri.

"Mereka juga sepakat menyelenggarakan forum secara rutin guna memperkuat koordinasi kebijakan," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Eko S. A. Cahyanto mengatakan, produk industri utama yang diekspor Indonesia ke Tiongkok di 2022 adalah ferro-nickel, minyak kelapa sawit dan fraksinya, mate nikel, barang setengah jadi stainless steel, dan sinter oksida nikel.

Sedangkan, pada periode yang sama, produk industri impor utama Indonesia dari Tiongkok yaitu mencakup peralatan telepon, mesin pengolah data otomatis digital portabel, mesin shovel, eskavator, smartphones untuk jaringan tanpa kabel, dan bangunan prapabrikasi.

Indonesia menyambut baik tawaran yang disampaikan, terutama untuk memperkuat kerja sama di bidang Industri.

"Saya mengharapkan, Indonesia dan Tiongkok dapat bekerja sama dalam mendukung inisiasi Ministerial Meeting ASEAN-China on Industry," ungkapnya.