JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut, telah membina sebanyak 10.469 santri dari 101 pondok pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia lewat program Santripreneur, sejak 2013 silam. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan pelaku industri atau wirausaha baru (WUB) di lingkup pondok pesantren.
"Saya sangat mendukung peran para santri dalam menciptakan kemandirian pondok pesantren dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan tertulis, Sabtu, 2 Desember.
Menperin Agus mengatakan, pondok pesantren selama ini telah menjadi ekosistem yang berpeluang besar dalam upaya menumbuhkan para pelaku WUB dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu, Kemenperin kemudian menginisiasi dan menjalankan program Santripreneur.
Agus menambahkan, upaya meningkatkan jumlah pelaku WUB diyakini akan mendorong penciptaan dan perluasan lapangan kerja.
"Namun demikian, langkah strategis ini perlu melibatkan kolaborasi antar stakeholder dalam rangka menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan para santri dan generasi muda," ujarnya.
Adapun pada Kamis, 30 November 2023, Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) menggelar acara puncak seremonial program Santripreneur tahun 2023 yang diselenggarakan secara hybrid di Pondok Pesantren Darussyifa Al Fitroh Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kegiatan ini mengusung tema "Santri Berindustri Jayakan Negeri".
Direktur Jenderal IKMA Kemenperin Reni Yanita menjelaskan, berdasarkan data Kementerian Agama sampai semester II 2023, jumlah pondok pesantren di Indonesia diperkirakan mencapai 39.167 unit yang tersebar di seluruh provinsi dengan total santri sebanyak 4,85 juta orang.
BACA JUGA:
Wilayah Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah pondok pesantren terbanyak di Indonesia, yaitu berjumlah 12.121 pondok pesantren. Selanjutnya, disusul Provinsi Jawa Timur dengan jumlah 6.745 pondok pesantren, dan Jawa Tengah sebanyak 5.084 pondok pesantren.
"Dengan jumlah pondok pesantren dan santri yang cukup besar, pondok pesantren memiliki potensi strategis untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional serta berperan strategis dalam mendukung pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia," tuturnya.
Reni menilai, program Santripreneur memiliki kurikulum kejuruan atau kewirausahaan, dengan jenis kegiatannya antara lain bimbingan teknis produksi, fasilitasi mesin/peralatan, serta materi kewirausahaan dan digital marketing yang diberikan sesuai dengan potensi dan kebutuhan masing-masing pondok pesantren.
Melalui program Santripreneur ini, pondok pesantren dapat turut berkontribusi lebih besar terhadap pembangunan ekonomi daerah dan nasional.
"Saya juga mendorong para santri yang sedang bergabung dalam program Santripreneur untuk menjadi santri milenial, yaitu santri yang mampu berproduksi dengan baik serta menguasai perkembangan teknologi digital dalam menjalankan unit usaha industrinya, atau yang ingin saya sebut dengan istilah Santri Milenial 4.0," ungkapnya.
Diketahui, program Santripreneur pada 2023 ini dilaksanakan di enam pondok pesantren, yaitu Pondok Pesantren Darussyifa Al-Fitroh di Kabupaten Sukabumi, Pondok Pesantren Al Qodiriyah di Kabupaten Magelang, dan Pondok Pesantren Al Muwazanah di Kabupaten Kediri.
Kemudian, Pondok Pesantren Darul Huda di Kabupaten Blitar, Pondok Pesantren Bustanul Ulum di Kabupaten Bondowoso, dan Pondok Pesantren Nurul Jadid di Kabupaten Situbondo.
Fasilitasi yang telah diberikan kepada enam pondok pesantren tersebut selain bimbingan teknis wirausaha baru, juga fasilitasi mesin/peralatan produksi.