Bagikan:

JAKARTA - PT Timah Tbk (TINS) melaporkan sampai dengan Kuartal III-2023, harga logam timah dunia terus tertekan akibat penguatan mata uang AS dan lambatnya pemulihan perekonomian China serta lemahnya permintaan timah karena tingginya persediaan LME.

Hal tersebut berdampak pada menurunnya ekspor timah Indonesia dari kuartal II-2023 sampai dengan kuartal III-2023, khususnya ekspor timah TINS ke beberapa negara.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk Fina Eliani mengungkapkan, penjualan logam timah sebesar 11.100 metrik ton atau tercapai 72 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 15.325 metrik ton.

"Sementara harga jual rerata logam timah sebesar 27.017 dolar AS per metrik ton atau lebih rendah 23 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 35.026 dolar AS per metrik ton," ujarnya dalam Public Expose, Selasa 28 November.

Sementara itu perseroan berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp6,4 triliun sehingga menghasilkan EBITDA sebesar Rp708,1 miliar dengan rugi tahun berjalan sebesar Rp87,4 miliar sampai dengan kuartal III-2023.

Posisi ekuitas sebesar Rp6,6 triliun, turun 5,7 persen dibandingkan posisi akhir tahun 2022 sebesar Rp7,0 triliun seiring dengan pembagian dividen yang sudah dibayarkan sebesar Rp312,5 miliar.

Indikator keuangan Perseroan masih menunjukkan hasil yang baik terlihat dari beberapa rasio keuangan penting di antaranya Quick Ratio sebesar 25 persen, Current Ratio sebesar 153 persen, Debt to Asset Ratio sebesar 23 persen, dan Debt to Equity Ratio sebesar 44 persen.

“Di tengah perlambatan ekonomi serta lemahnya permintaan logam timah global, Perseroan konsisten menjalankan efisiensi di segala lini bisnis. Manajemen optimis target efisiensi akan tercapai dan memberikan kontribusi terhadap kinerja Perseroan,” pungkas Fina.