Bagikan:

JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak (SKK Migas) mengungkapkan pasokan gas berlebih atau oversupply di Jawa Timur semakin bertambah. Untuk mengatasi kondisi ini, SKK Migas mengejar peningkatan jumlah offtaker di sektor industri.

Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa Nurwahidi mengungkapkan industri hilir yang terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah tidak mampu menyerap pasokan gas yang terus bertambah.

Per Oktober 2023, sambung Nurwahidi, posisi produksi atau lifting gas berada di level 747 juta standar kaki kubik per hari atau Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD). Sementara, kemampuan serap dari PLN hingga Petrokimia Gresik rata-rata sekitar 565 MMSCFD.

“Coba bayangkan kemampuan lifting 747 tapi kemampuan sarapan hanya 565 rata-rata. Nanti angka-angka tersebut bisa kita konsolidasi lagi, tapi sekitar itu. Artinya masih ada banyak sekali gas di wilayah Jabanusa atau Jawa Timur, Jawa Tengah yang tidak bisa diserap oleh pasar,” ujarnya di Kawasan Industri Manyar Gresik, Jawa Timur, ditulis Selasa, 28 November.

Karena itu, Nurwahidi bilang pihaknya mendorong komersialisasi atau penjualan gas lebih banyak lagi kepada pembeli. Dengan begitu, sambung dia, jumlah produksi juga bisa ditingkatkan.

“Ini menjadi suatu tantangan bagi kami untuk mengkomersialisasi, bagaimana menjual gas-gas tersebut lebih banyak lagi kepada pembeli atau buyer supaya bisa meningkatkan lifting,” ucapnya.

Nurwahidi mengatakan pasokan gas tersebut dapat digunakan oleh industri pupuk. Lalu, juga bisa untuk pembangkit listrik. Bahkan juga bisa digunakan sebagai gas rumah tangga pengganti LPG.

“Jadi gas ini adalah salah satu dari empat sumber energi yang bisa dikatakan relatif ramah lingkungan dibandingkan minyak dan batu bara. Relatif lebih murah dibandingkan minyak. Apalagi sekarang dibandingkan dengan EBT masih lebih murah,” jelasnya.