Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto turut menghadiri forum APEC Business Advisory Council (ABAC) dalam rangkaian kunjungan kerja ke San Francisco, Amerika Serikat. Dalam forum tersebut Ia menekankan perlu terwujudnya Net Zero Emission (NZE) di 2060.

Adapun yang turut hadir dalam pertemuan tersebut yakni Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris, Perdana Menteri Singapura, dan para Pimpinan 21 negara anggota APEC lainnya.

Kehadiran Indonesia dalam forum tersebut menunjukkan komitmen Indonesia yang sangat kuat untuk mendukung tercapainya kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di kawasan Indo-Pasifik.

Airlangga berpendapat terkait sustainability bahwa para pebisnis yang terlibat dalam APEC perlu mengupayakan terwujudnya Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

"Perlu mengupayakan terwujudnya Net Zero Emission (NZE) 2060 melalui percepatan transisi energi, penghentian penggunaan batu bara, dan pembangunan infrastruktur berbasis lingkungan," Jelasnya dalam keterangan resminya, Minggu 19 November.

Di sisi lain, Airlangga berpandangan bahwa Indonesia perlu mengajak semua pihak untuk berkolaborasi melalui skema goverment to goverment (G to G), government to business (G to B), dan business to business (B to B) untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif, blended finance, dan kolaborasi konkrit lainnya untuk mewujudkan komitmen dan tujuan bersama di kawasan Indo-Pasifik.

Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris menyampaikan saat ini 21 negara APEC menyumbang lebih dari lebih dari 60 persen PDB global dan menguasai separuh perdagangan global. Selain itu, Asia-Pasifik diproyeksikan menjadi kontributor terbesar pertumbuhan global selama 30 tahun ke depan.

Kolaborasi antar pemerintah dan pelaku usaha merupakan hal yang mutlak untuk mengatasi tantangan-tantangan yang krusial dan mendesak. Oleh karena itu, tema yang diambil dalam diskusi APEC Business Advisory Council (ABAC) tahun ini adalah Equity, Sustainability, dan Opportunity.

Ketua Dewan Penasihat Bisnis APEC Dominic Ng, dari East-West Bank menyampaikan pemulihan pascapandemi menawarkan peluang penting bagi anggota APEC untuk mendorong pertumbuhan inklusif.

Dominic menambahkan bahwa saat dihadapkan pada tiga isu utama. Pertama, krisis iklim memerlukan tindakan kolektif yang tegas. Kedua, teknologi yang sedang berkembang, seperti kecerdasan buatan generatif, memiliki peluang besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun perlu memperhatikan tata kelola etis dan dampaknya terhadap tenaga kerja. Ketiga, inklusi ekonomi sangatlah penting.

"Pandemi Covid-19 memperlihatkan kerentanan kelompok yang terpinggirkan. Inflasi, kenaikan biaya hidup, ketidakpastian iklim dan tren teknologi juga mempengaruhi kelompok ini,” ujarnya.

Sebagai informasi, APEC San Francisco menjadi tonggak sejarah terbentuknya ASEAN Caucus dalam APEC Business Advisory Council, yang memungkinkan suara ASEAN dapat didengar lebih keras di berbagai forum termasuk di APEC.

ASEAN merupakan salah satu kawasan strategis yang memiliki modal kuat untuk menjadi pusat dari pertumbuhan dunia. ASEAN Caucus dapat menjadi bagian penting untuk memperkuat inisiatif transisi energi, pencapaian netralitas karbon, dan mempercepat implementasi pembayaran digital lintas batas melalui kerja sama lembaga-lembaga keuangan.