Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perhubungan berencana untuk menerapkan sistem tarif dinamis atau dynamic pricing LRT Jabodebek. Saat ini, rencana tersebut masih dalam tahap pembahasan.

Menanggapi ini, Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menilai bahwa penerapan tarif dinamis bisa membuat penumpang meninggalkan LRT Jabodebek dan memilih moda transprorasi lain.

Jika kondisi itu terjadi, sambung Tulus, target penumpang LRT Jabodebek yang dipasang tidak akan terpenuhi. Begitu juga dengan target mengurangi kemacetan.

Padahal, menurut Tulus, berdasarkan data yang didapatnya ketika LRT Jabodebek ini beroperasi penuh dan diminati masyarakat, terbukti mengurangi kemacetan di jalan tol yang searah dengan rute LRT Jabodebek.

“Sekarang LRT (Jabodebek) yang kritikal itu adalah tarifnya. Tarifnya memang dia mengklaim belum keekonomian tapi kalau nanti tarifnya disesuaikan dengan keekonomian efeknya konsumen akan lari dari LRT (Jabodebek). Sehingga selain nanti target penumpangnya tidak terpenuhi, juga target untuk mengurangi kemacetan juga berkurang,” ujarnya kepada wartawan, di Jakarta, ditulis Jumat, 17 November.

Karena itu, Tulus menilai, saat ini belum menjadi waktu yang tepat untuk memberlakukan tarif dinamis. Menurut Tulus, langkah ini baru bisa dilakukan jika LRT Jabodebek sudah menjadi solusi bagi masalah masyarakat.

“Belum, harusnya kalau sudah diterapkan itu kalau sudah menjawab kebutuhan yang ideal bagi konsumen,” ucapnya.

“Kalau sudah menerapkan tarif dinamis atau tarif yang mahal itu makin ditinggalkan konsumen, makin ga laku karena banyak opsi yang lain kan sebenarnya, ada Transjakarta, KRL atau yang paling ini lari ke sepeda motor,” sambung Tulus.

Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati mengatakan rencana penerapan sistem tarif dinamis atau dynamic pricing LRT Jabodebek masih dalam tahap pembahasan.

Adita mengatakan dalam kajian penerapan tarif dinamis ini, salah satu yang dicermati terkait trafik penumpang pada jam sibuk (peak hours) dan jam non sibuk (off peak hours).

Berdasarkan tren pergerakan penumpang LRT Jabodebek saat ini, sambung Adita, jam sibuk moda transportasi ini ada pada pagi dan sore hari. Jam sibuk ini berlangsung saat masyarakat pergi dan pulang kerja.

Adapun jam sibuk pada pagi hari terjadi pada pukul 05.00 hingga 10.00 WIB. Sementara, pada sore hari terjadi di jam 16.00 sampai 20.00 WIB. Sedangkan non-peak hour atau jam non sibuk terjadi pada 10.00 hingga 16.00 WIB.

“Masih dibahas. Kita akan pantau juga perilaku transportasi masyarakat agar bisa disesuaikan dengan skema tarif yang paling tepat. Sementara ini kami linat yang paling tepat itu dynamic pricing,” kata Adita di Kementerian Perhubungan, ditulis Selasa, 14 November.