Airlangga Nilai Perekonomian Indonesia Lebih Baik Dibandingkan China, Malaysia dan Singapura
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko) Airlangga Hartarto. (Foto: Dok. ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan perekonomian Indonesia tumbuh pada kuartal III-2023 menjadi 4,94 persen secara year on year (yoy) dan masih lebih tinggi dibandingkan banyak negara lain.

"Indonesia menjadi salah satu negara yang tumbuh kuat, dan pertumbuhan kita masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara lain termasuk China, Malaysia bahkan Singapura. Tentu kita juga berada di atas seperti Vietnam," jelasnya dalam konferensi pers, di kantornya, Jakarta, Senin 6 November.

Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi China pada kuartal III-2023 sebesar 4,9 persen secara tahunan, Malaysia tumbuh 2,9 persen pada kuartal II-2023 dan Singapura tumbuh 0,7 persen pada periode yang sama.

Airlangga menambahkan, faktor pendorong ekonomi Indonesia berasal dari konsumsi rumah tangga yang tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2023 pada level 121,7 dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB).

Di sisi lain, Airlangga menjelaskan pemerintah terus lakukan langkah antisipasi terhadap berbagai risiko akibat ketidakpastian global.

Terutama pada situasi saat ini, di mana tensi geopolitik sedang tinggi akibat konflik Israel dan Hamas, serta perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan.

"Berbagai risiko akibat ketidakpastian global yang terbaru berasal konflik dari Timur Tengah yaitu Israel dan Hamas, berbagai lembaga internasional yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi semakin melambat dan perubahan iklim membuat pasokan pangan akan terganggu," jelasnya.

Melihat efek ketegangan yang sudah terjadi sebelumnya, Airlangga akan terus memonitoring berapa lama ketegangan terjadi dan melihat seberapa besar efeknya ke harga komoditas saat ini.

"Risiko perang, kita masih monitoring karena biasanya kalau ada ketegangan, yang terkena adalah komoditas termasuk BBM dan komoditas lain. Namun karena pertumbuhan ekonomi global itu menurun, maka efek kenaikannya sementara masih kuat," ujarnya.