Bagikan:

JAKARTA - Dalam rangka mewujudkan potensi unggul masyarakat Banten, serta bentuk komitmen dalam mendukung visi Indonesia Emas 2045, Program Kartu Prakerja bersama STUDiLMU, dan Link Productive mengadakan kegiatan Temu Alumni Prakerja Banten, akhir pekan lalu.

Kegiatan ini bertujuan sebagai wadah untuk mempertemukan para alumni Prakerja dan berdialog langsung dengan para pemangku kepentingan.

Temu Alumni Prakerja Banten yang mengusung tema "Kreasi Prakerja: Kreativitas Anak Negeri, Wujudukan Potensi Unggul Banten" itu dihadiri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, Direktur Eksekutif PMO Prakerja, Denni Puspa Purbasari, serta perwakilan dari Bank Indonesia.

Di depan 150 peserta Temu Alumni Prakerja Banten itu, Sandiaga menilai Prakerja menjadi mesin yang tepat untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dalam rangka menuju Indonesia Emas 2045.

"Semoga capaian Prakerja semakin meningkat tahun-tahun ke depan, termasuk meningkatkan jumlah penerima yang mengambil pelatihan pengembangan kompetensi bidang pariwisata, ekonomi, dan kreatif," ujar Sandiaga, dikutip Senin 6 November.

Ia menegaskan pemerintah mendukung upaya Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja dan lembaga pendidikan terbaik seperti STUDiLMU untuk terus melakukan peningkatan keterampilan.

"Ini merupakan tanggung jawab kita bersama," ucapnya.

Berdasarkan data Prakerja, sejak 2020-2022 tercatat ada 777.555 penerima efektif Prakerja dari Banten, sementara pada Program Skema Normal 2023 ada 75.039 penerima efektif Prakerja dari Banten.

Terdapat lima bidang pelatihan paling diminati peserta Prakerja di Banten, yakni penjualan dan pemasaran, makanan dan minuman, gaya hidup, manajemen, dan teknik. Prakerja di Banten terbukti bermanfaat karena 22 persen peserta yang sebelum mengikuti program ini tercatat sebagai pengangguran, namun saat ini telah bekerja atau berwirausaha.

Capai Bonus Demografi

Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Purbasari menyatakan Prakerja memiliki tujuan untuk membuat Indonesia menjadi negara maju dan sejahtera pada tahun 2045 yang dinamai sebagai Generasi Emas Indonesia.

"Pada tahun 2045, genap 100 tahun setelah Indonesia merdeka. Jumlah penduduk yang produktif akan tinggi. Jadi kami ingin Indonesia bisa lebih sejahtera dan dapat keluar dari kategori negara menengah," ucapnya.

Menurut Denni, mindset warga Indonesia yang menganggap pelatihan tidak penting karena hanya menguntungkan pihak tertentu menjadi salah satu kendala yang membuat Indonesia sulit untuk berkembang. Padahal, pelatihan atau training itu melatih mengembangkan kemampuan diri.

Ia mengingatkan agar generasi muda Indonesia terus meningkatkan skill dan kompetensi diri agar nantinya tidak menjadi beban bagi generasi di atas maupun di bawahnya atau generasi sandwich.

Bila posisi generasi sandwich ini terhambat produktivitasnya karena tidak memiliki keterampilan maka dapat menjadi penghambat optimalisasi peluang bonus demografi. "Bonus demografi ini jumlah penduduk muda dibandingkan dengan penduduk tua dan anak-anak lebih banyak yang muda, artinya menanggung bebannya lebih besar," paparnya.

Melalui Prakerja, diharapkan generasi itu mendapatkan keterampilan sehingga tetap produktif yang akhirnya akan mampu memenuhi kebutuhan finansialnya sehingga tidak bergantung kepada generasi di bawahnya.

"Karena itu, kita harus menyiapkan sejak sekarang generasi anak-anak muda dengan keterampilan, itu sangat penting supaya pada saat penduduk Indonesia menua kita sudah mapan. Itu kuncinya adalah produktivitas diperbaiki sejak hari ini untuk semua generasi, mulai dari anak yang lahir sampai orang dewasa," tutur Denni.

Oleh karena itu, Denni menegaskan komitmennya bahwa Prakerja tidak hanya berhenti di satu titik saja. Prakerja akan terus berevolusi sehingga bisa menjadi pendongkrak keterampilan masyarakat Indonesia.

"Saat ini kami terus mengembangkan jenis pelatihan sesuai tren pasar kerja, misal adanya 12 pelatihan bidang green skills, termasuk carbon accounting, Environmental, Social, and Governance reporting, serta artificial intelligence," ujarnya.

Semangat belajar

Founder & CEO of STUDiLMU, Berny Gomulya menjelaskan bahwa temu alumni Prakerja di Banten ini bertujuan untuk mensosialisasikan kepada para alumni Prakerja bahwa perlu adanya semangat belajar untuk maju.

Di era sekarang ini, para pencari kerja kesulitan karena bukan lapangan pekerjaannya yang sedikit. Lapangan kerja ada, tapi tidak sesuai dengan skill beberapa individu karena tidak pernah mendapatkan pembelajaran informal.

"Jadi bagi teman-teman yang merasa tidak mendapatkan kesempatan kerja, mungkin barangkali teman-teman masih bergantung pada pendidikan formal, tetapi tidak mengisi yang non-formal," tuturnya.

Sementara itu, Chief Learning Officer STUDiLMU Hyacintha Susanti menyatakan pihaknya berkomitmen untuk mencerahkan anak muda tanah air sesuai visi "Enlightening Indonesia".

"Kami juga berharap Temu Alumni Prakerja Banten ini dapat membawa dampak positif sehingga mereka dapat saling sharing mengenai manfaat dan dampak yang didapatkan sebagai penerima manfaat Prakerja," katanya.

Salah satu peserta Prakerja dari Kota Serang, Banten, Mia Ramadhini mengaku senang bisa bergabung dalam Temu Alumni Prakerja Banten.

"Banyak insight dan ilmu baru yang saya dapat dalam acara ini. Baik dari Prakerja, Menparekraf, STUDiLMU dan juga perwakilan Bank Indonesia yang mengajarkan bagaimana bertransaksi dengan aman di era digital," kata Mirna.

Melalui acara ini, diharapkan makin banyak masyarakat, khususnya Banten terutama yang merupakan angkatan kerja dapat berpartisipasi pada program pemerintah yang menekankan pada skilling, reskilling, dan upskilling.

Dengan menyiapkan generasi muda yang terampil dengan berbagai program pelatihan melalui Prakerja dan lembaga pelatihan yang berjalan beriringan, diharapkan cita-cita Generasi Emas Indonesia dapat tercapai.