Bagikan:

BOGOR - Pudensia alias Dea, salah satu warga Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), bercerita berhasil menjadi pegawai bandara dari sebelumnya seorang honorer tanpa gaji di salah satu puskesmas. Pekerjaan baru ini dia dapatkan setelah mengikuti Program Kartu Prakerja.

"Saya mulai mengikuti prakerja itu waktu masih honorer di puskesmas. Kami di NTT honorer tidak digaji," kata Dea, saat tanya jawab dengan Presiden Joko Widodo pada acara "Temu Raya #KitaPrakerja" di Sentul International Convention Center (SICC) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Antara, Jumat, 17 Juni.

Dea mengaku mengetahui program tersebut sejak awal penerimaan gelombang pertama dari internet, namun tidak mudah baginya untuk bisa lolos menjadi peserta Kartu Prakerja. Ia baru lolos menjadi peserta pada penerimaan gelombang ke-13.

Kemudian, katanya, ia tekun mengikuti pelatihan prakerja melalui platform karier.mu selama menjadi peserta, meski dalam keterbatasan sambungan internet di kampungnya yang tidak stabil.

"Pelatihannya ada tiga jenis. Setelah ikut, puji Tuhan waktu itu saya diterima di bandara terpencil di NTT, Bandara Sabu Raijua," katanya.

Setelah selesai melakukan tanya jawab dengan Presiden Jokowi, Dea kemudian dijanjikan hadiah laptop, sesuai permintaannya dengan alasan laptop milik Dea rusak, sedangkan tiga alumni Program Kartu Prakerja lainnya yang juga bertanya jawab dengan presiden diberikan hadiah, masing-masing satu unit sepeda.

Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di tempat yang sama menyebutkan bahwa salah satu capaian program Kartu Prakerja saat ini, yaitu 30 persen pesertanya sudah tidak menganggur alias sudah bekerja dan membuka usaha sendiri.

"Sebanyak 30 persen dari yang sebelumnya menganggur kini sudah bekerja atau berusaha. Sebanyak 66 persen menggunakan sertifikasi prakerja untuk mendapatkan pekerjaan," ujarnya.

Menurutnya, program dengan jumlah 12,8 juta peserta itu menjadi pembayaran government to people (G to P) yang paling masif dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal itu membuat Indonesia menjadi negara paling siap di forum UNESCO, terkait informasi digital.

"Di UNESCO, terkait informasi digital, dari hampir seluruh negara yang memaparkan, yang paling siap insya Allah adalah Indonesia. Perdana Menteri Belanda juga ingin melihat Program Kartu Prakerja," kata Airlangga.

Acara "Temu Raya #KitaPrakerja" ini dihadiri sekitar 8.000 alumni Program Kartu Prakerja. Turut hadir pula Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.