Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, indeks kepercayaan industri (IKI) pada Oktober 2023 berada di 50,70 poin.

Posisi tersebut menurun 1,81 poin dari posisi September yang tercatat mencapai 52,51.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, meskipun melambat 1,81 poin, namun IKI di Oktober masih berada pada fase eskpansif.

"IKI pada Oktober 2023 masih pada level ekspansi, yaitu sebesar 50,70 dan itu berarti melambat sebesar 1,81 poin dibandingkan dengan September 2023, yakni nilainya sebesar 52,51," kata Febri dalam rilis penilaian IKI bulan Oktober di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa, 31 Oktober.

Febri mengatakan, ada tiga penyebab utama yang mengakibatkan IKI menurun drastis pada bulan ini.

Pertama, adanya penurunan daya beli global, khususnya pada negara mitra dagang utama Indonesia terutama di Tiongkok dan Eropa yang menyebabkan penurunan drastis terhadap permintaan produk manufaktur Indonesia.

"Di pasar domestik, penurunan daya beli dipicu oleh kenaikan harga energi (khususnya BBM) serta kenaikan suku bunga. Hal ini juga menyebabkan cost of fund sektor manufaktur meningkat," ujar Febri .

Kedua, melemahnya nilai tukar mata uang rupiah yang menyebabkan biaya input untuk produk dengan bahan baku impor semakin tinggi. Hal tersebut menyebabkan kenaikan biaya produksi. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS semakin menurun dalam lima bulan berturut-turut.

Ketiga, adalah faktor eksternal seperti banjirnya produk impor, peredaran barang ilegal, dan kenaikan harga energi pada Oktober 2023.

"Kami melihat kinerja penegak hukum dan kementerian/lembaga terkait belum bisa meredam banjirnya barang-barang impor dan barang ilegal yang menggerogoti pasar produsen domestik," ucap Febri.

Berdasarkan komponen pembentuknya, indeks kepercayaan industri manufaktur yang masih ekspansif tersebut disebabkan oleh variabel pesanan baru dan produksi yang masih mengalami ekspansi sebesar 51,72 dan 50,83.

Sementara itu, variabel persediaan produk masih kontraksi di level 47,95 dari sebelumnya sebesar 47,40 pada September 2023.

"Penurunan ekspansi pada variabel pesanan baru adalah karena penurunan pesanan domestik luar negeri dan beberapa responden juga menyampaikan karena daya saing harga di pasar domestik," tuturnya.

Dari 23 subsektor industri, kata Febri, terdapat 14 subsektor yang mengalami ekspansi dengan sumbangan 78,0 persen produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas triwulan II 2023.

Subsektor yang mengalami penurunan IKI tertinggi adalah industri mesin dan perlengkapan YTDL, industri pengolahan tembakau dan industri komputer, serta barang elektronik dan optik.

Secara umum, nilai IKI yang ekspansi pada Oktober 2023 sejalan dengan persentase pelaku usaha yang menyatakan kondisi kegiatan usahanya meningkat mencapai 30,2 persen, meskipun menurun dibandingkan kondisi September 2023 sebesar 32,7 persen