Libur Akhir Tahun hingga Pemilu Bakal Dongkrak Permintaan Industri Manufaktur
Manufaktur (Foto: dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan bahwa, momentum pemilu 2024 hingga libur akhir tahun akan meningkatkan permintaan atas produk industri manufaktur.

"Kami ke depan masih ada event yang diprediksi akan meningkatkan demand atau permintaan atas produk-produk manufaktur, seperti event pemilu, libur akhir tahun, dan tahun ajaran baru," kata Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif dalam rilis penilaian IKI bulan Oktober di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa, 31 Oktober.

"Kami melihat event-event itu dapat mendukung bergeraknya industri manufaktur, terutama dari sisi permintaan," tambahnya.

Febri tidak menampik bahwa ada sejumlah subsektor yang ikut terdampak dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, khususnya subsektor-subsektor yang yang berbahan baku impor dan produknya di jual di dalam negeri.

"Untuk produk-produk tersebut, kami akan kejar dalam waktu yang dekat ini untuk pengetatan lagi atau mengejar target belanja pemerintah atas produk dalam negeri dengan program penggunaan produk dalam negeri (P3DN)," ujarnya.

Dia berharap, dengan adanya program P3DN tersebut, nantinya bisa semakin meningkatkan permintaan atas produk dalam negeri, terutama di pasar domestik, serta permintaan-permintaan dari rumah tangga dan sektor swasta.

"Kami dari Kemenperin juga mendorong agar diberlakukannya lartas di beberapa subsektor tersebut untuk mengendalikan barang-barang impor, sehingga beberapa produk dari industri dalam negeri itu bisa bersaing, terutama di pasar dalam negeri," tutur Febri.

Adapun berdasarkan laporan IKI Oktober 2023, tingkat optimisme pelaku usaha terhadap kondisi usaha selama enam (6) bulan ke depan masih tinggi, yakni mencapai 61,0 persen.

Kemudian, sebanyak 24,9 persen pelaku usaha menyatakan kondisi usahanya stabil selama enam bulan ke depan, yang mana angka ini tidak berubah dari kondisi pada bulan sebelumnya.

"Terakhir, persentase pesimisme pandangan pelaku usaha terhadap kondisi enam bulan ke depan sebesar 14,0 persen atau meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 11,6 persen," imbuh Febri.