Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatatkan, realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) mencapai Rp196,2 triliun pada kuartal III-2023. Angka ini tumbuh 16,2% jika dibandingkan dengan kuartal III-2022 sebesar Rp168,9 triliun.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, realisasi PMA pada kuartal III-2023 berkontribusi paling besar yakni sebesar 52,4% dari total realisasi investasi kuartal III-2023 sebesar Rp 374,4 triliun.

Pada kuartal III-2023, sektor yang diminati PMA yaitu Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 3,3 miliar dolar AS, Industri Kimia Dan Farmasi 1,3 miliar dolar AS, Pertambangan 1,3 miliar dolar AS, Industri Kertas dan Percetakan 1,2 miliar dolar AS, Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi 1,1 miliar dolar AS.

Secara wilayah, Jawa Barat, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara tercatat menjadi provinsi favorit tujuan PMA dengan realisasi investasi 1,8 miliar dolar AS. Selanjutnya Banten dan DKI Jakarta dengan realisasi PMA masing-masing 1,2 miliar dolar AS dan 1,1 miliar dolar AS.

Bahlil menyampaikan, realisasi investasi PMA paling besar berasal dar negara Singapura sebesar 4,4 miliar dolar AS, China 1,8 miliar dolar AS, HongKong 1,7 miliar dolar AS, Jepang 1,3 miliar dolar AS dan Malaysia 900 juta dolar AS.

Menurut Bahlil meski Singapura menjadi negara asal PMA yang paling besar dalam menanamkan modalnya, namun nilai investasi tersebut rata-rata berasal dari orang Indonesia.

Bahlil menambahkan jika nilai investasi PMA dari Singapura dimasukkan dalam Penaman Modal Dalam Negeri (PMDN), maka nilai realisasi investasi PMDN akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan PMA.

"Kalau dari Singapura ini sebagian uang Indonesia dimasukkan ke PMDN, maka sebenarnya PMDN lebih tinggi dibandingkan PMA. Jadi sebenarnya sumber daya domestik kita ini kuat," jelasnya.

Sebagai informasi, penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp178,2,5 triliun (47,6 persen), tumbuh 28,2 persen secara yoy dan 7 persen secara qoq.