Produk UMKM <i>Made in</i> Indonesia Banyak Diminati di China
Ilustrasi UMKM (foto: dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Banjirnya produk impor murah asal China di Tanah Air berdampak besar bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Namun sebaliknya, produk-produk UMKM Indonesia justru cukup banyak diminati oleh masyarakat China.

Hal ini diungkap oleh Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga, dalam Webinar BNI Angkat UMKM Go Global, Jumat, 6 Oktober.

Kata Arya, produk UMKM Indonesia ikut berpartisipasi pada gelaran China ASEAN Expo 2023. Selama pameran berlangsung dari 16 sampai 19 September 2023, lebih dari 100.000 produk UMKM laku terjual dengan nilai transaksi Rp261.937.939.

Berdasarkan data Arya, UMKM yang ikut dalam pameran tersebut sebanyak 49 UMKM binaan BUMN dengan 563 produk yang dipamerkan.

“Jadi ini yang kita dorong ke sana, jadi ada ruang-ruang di go global yang memang kita lihat berat pertempurannya tapi masih ada ruang untuk ke sana,” kata Arya.

Menurut Arya, banyak produk asli Indonesia yang tidak mungkin ditiru oleh pabrikan kecil yang ada di China. Seperti kain songket, hingga minyak khas Indonesia. Arya menilai ini bisa menjadi peluang bagi UMKM.

“Memang di China ini tantangan tersendiri tapi bukan berarti enggak punya ruang untuk kita bertarung karena banyak sekali produk asli kita yang tidak mungkin mereka bisa tiru, songket, enggak mungkin mereka tiru di China, enggak mungkin banget,” tuturnya.

Sebelumnya diberitakan, Produk Indonesia kembali menjadi primadona pada pameran internasional The 20th China-ASEAN EXPO (CAEXPO) yang dilaksanakan di Nanning International Convention and Exhibition Center (NICEC), Nanning, China dengan meraup potensi transaksi sebesar Rp106,45 miliar.

Pameran ini digelar secara hibrida, yakni secara luring pada 16 hingga 19 September 2023 dan secara daring hingga September 2024 melalui platform CAEXPO.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi mengatakan potensi transaksi tersebut terdiri dari penjualan langsung sebesar Rp1,69 miliar. Kemudian sisanya yakni kontrak dagang mencapai Rp104,77 miliar.

“Nilai transaksi ini membuktikan produk Indonesia mampu bersaing di tengah gempuran negara lain di pasar global. Ini juga bukti pemulihan daya beli global pascapandemi COVID-19. Selain itu, nilai transaksi berpotensi meningkat karena masih ada buyer yang akan menindaklanjuti beberapa transaksi pembelian di luar pameran,” katanya dalam keterangan resmi, Rabu, 27 September.

Selama pameran, makanan olahan menjadi produk primadona Indonesia dan menempati posisi pertama perolehan transaksi di CAEXPO 2023 dengan nilai mencapai Rp96,10 miliar atau 90,28 persen dari total transaksi.

Produk Indonesia lainnya yang berhasil menarik perhatian buyer di antaranya barang konsumsi sebesar Rp8,95 juta (8,41 persen), fesyen dan aksesori sebesar Rp706,74 juta (0,66 persen), furnitur sebesar Rp358,52 juta (0,34 persen), dan dekorasi rumah sebesar Rp333,30 juta (0,31 persen).