Bagikan:

JAKARTA - Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali menyebut sebanyak 70 persen alat utama sistem senjata (alutsista) TNI Angkatan Laut buatan dalam negeri.

KSAL mengatakan pembelian alutsista dari luar negeri pun disertai dengan kerja sama alih teknologi antara industri pertahanan asing dan industri pertahanan dalam negeri.

"Alutsista produksi dalam negeri kami utamakan. Sebanyak 70 persen alutsista kami memang buatan dalam negeri, buatan galangan-galangan lokal. Kalaupun buatan luar negeri, pasti dikerjasamakan, ada ToT-nya, transfer teknologi," kata Laksamana TNI Muhammad Ali dikutip ANTARA, Jumat, 6 Oktober.

Terkait dengan arahan Presiden Joko Widodo saat Upacara Parade dan Defile HUT Ke-78 TNI di Monumen Nasional, Kamis (5/10), mengenai alutsista, KSAL menyampaikan pengadaan bahwa alutsista memang harus menyesuaikan dengan kesiapan anggaran.

"Kalau ekonominya baik, kita bisa membeli atau bahkan memproduksi alutsista baru. Akan tetapi, kita secara bertahap sudah mulai mengadakan alutsista baru baik buatan di dalam negeri maupun luar negeri. Bertahap, pelan-pelan. Yang penting, jalan terus. Tiap tahun pasti ada yang baru," kata Laksamana Ali.

Presiden Joko Widodo dalam amanatnya saat upacara meminta pembelian alutsista harus menjadi bentuk investasi di sektor pertahanan.

Modernisasi alutsista, kata Presiden, harus menjadi bagian penting pengembangan investasi industri pertahanan di dalam negeri sehingga harus didorong transfer teknologi, harus didorong peningkatan sumber daya manusia (SDM), harus diutamakan produk dalam negeri.

"Terkait dengan ini, saya minta agar anggaran yang dimiliki, karena sulit dalam mengumpulkan, sulit dalam mendapatkannya, dan merupakan uang dari rakyat sehingga sebisa mungkin harus dibelanjakan dan diputar kembali untuk rakyat," kata Jokowi.

Di lingkungan TNI AL, beberapa kapal perang yang dibuat di dalam negeri, di antaranya KRI Bung Karno-369, yaitu korvet pertama yang dibuat di Indonesia, dan kapal perang sekaligus kapal bantu rumah sakit (BRS) KRI dr. Wahidin Sudirohusodo-991, kemudian kapal selam hasil kerja sama PT PAL dan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Korea Selatan KRI Alugoro-405.

Ada beberapa kapal patroli cepat, di antaranya KRI Dorang-874, KRI Bawal-875, KRI Posepa-870, KRI Escolar-871, KRI Karotang-872, KRI Mata Bongsang-873, KRI Tuna-876, dan KRI Pollux-935.

Dalam daftar kapal cepat rudal (KCR), ada KRI Golok-688, KRI Kapak-625, KRI Panah-626, KRI Sampari-628, KRI Tombak-629, KRI Halasan-630, dan KRI Kerambit-627.

Ada juga kapal angkut tank, antara lain, KRI Teluk Youtefa-522, KRI Teluk Kendari-518, KRI Teluk Kupang-519, KRI Teluk Calang-524, KRI Teluk Wondama-527, dan KRI Teluk Weda-526.

Dalam kategori kapal bantu cair minyak (BCM), ada KRI Bontang-907 dan KRI Tarakan-905.

Kapal-kapal tunda TNI AL juga mayoritas buatan dalam negeri, antara lain TD Gunung Ranai, TD Umsini, dan TD Irau.