Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki membantah adanya aktivitas "bakar uang" oleh platform belanja online, khususnya di TikTok Shop yang membuat harga barang yang dijual sangatlah murah.

Teten menilai, jurus tersebut sudah tidak ampuh lagi untuk meningkatkan pendapatan bisnis digital.

"Sudah enggak ada lagi platform digital bakar uang, bukan naikkin valuasi bisnis," ujar Teten kepada wartawan di Pasar Tanah Abang, Jakarta, pada Selasa, 19 September.

Adapun Teten menduga saat ini masuknya produk impor ilegal ke dalam negeri menjadi salah satu pemicu produk lokal kalah saing.

Terlebih lagi, produk impor ilegal tersebut dijual dengan harga yang sangat murah.

"Mereka (pedagang UMKM) juga sudah mencoba menjual di online, tetapi saya berkesimpulan produk yang dijual oleh mereka tidak bisa bersaing karena ada produk-produk impor yang dijual harganya sangat murah sekali," katanya.

Selain itu, Teten mengakui adanya andil artis hingga influencer yang turut mempromosikan produk-produk impor, baik dilakukan secara streaming maupun online.

Menurutnya, promosi yang dilakukan publik figur tersebut bisa memengaruhi para pedagang.

"Memang banyak, lah, influencer atau figur di kalangan artis media sosial yang punya follower banyak jadi endorser mempromosikan produk dari luar. Mungkin ini salah satu yang menyebabkan pedagang offline atau di online yang memang bukan publik figur itu memang ada pengaruhnya," ucap dia.

Diberitakan sebelumnya, Anton (36) salah satu pedagang di Pasar Tanah Abang mengatakan, TikTok Shop telah sangat merugikan pedagang di Tanah Abang.

Sebab, harga yang ditawarkan di platform tersebut sangat murah dibandingkan di mal dan juga Pasar Tanah Abang.

"Ya, minta tolong sama Pak Menterinya, online shop, TikTok yang pengaruh banget buat pedagang di sini, bisa (tolong dicarikan) lah solusinya," ujar Anton kepada wartawan.

Dia menilai, harga di TikTok Shop sangatlah murah dan tidak masuk akal.

Padahal, kualitas barangnya sama dengan yang dijual pedagang Pasar Tanah Abang.

"Di online itu harganya lebih murah dari pada di toko, padahal bahannya sama. Itu yang kami bingung, kenapa harganya bisa dijatuhin. Misalnya kami jual Rp100.000, di online bisa Rp49.000 atau Rp39.000," katanya.

Dengan adanya perbedaan harga tersebut, Anton mengaku kesulitan jika harus mengejar harga seperti di TikTok.