Bagikan:

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengakui bahwa situasi ekonomi global saat ini masih diliputi oleh ketidakpastian yang berlanjut. Ancaman perlambatan ekonomi global serta tingkat inflasi dunia yang cenderung berada di level atas membuat tekanan tersendiri pasca situasi pandemi beberapa tahun lalu.

Oleh karena itu, dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi ke depan, Perry menekankan terdapat tiga tantangan utama yang perlu dicermati.

“Pertama, meningkatnya fragmentasi ekonomi dan geopolitik yang bersumber tidak hanya dari konflik Rusia-Ukraina, namun juga tensi geopolitik antara China dan Amerika Serikat,” ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip Senin, 18 September.

Menurut dia, kondisi itu lantas mendorong bergesernya sumber pertumbuhan ekonomi dunia. Lebih lanjut, Perry mengungkapkan poin kedua adalah pesatnya perkembangan digitalisasi yang menyasar berbagai sektor ekonomi dan keuangan salah satunya sistem pembayaran.

Disebutkan bahwa transformasi ini perlu didukung dengan inovasi yang memudahkan arus transaksi dalam perekonomian.

“Bank Indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran melakukan transformasi dalam menciptakan jasa sistem pembayaran yang kredibel dan berbasis teknologi terkini seperti inovasi fast payment,” tuturnya.

Ketiga, sambung Perry, yakni terkait perubahan iklim dan demografi penduduk secara global.

“Sebagaimana tertuang dalam Paris Agreement, Indonesia berkomitmen untuk mereduksi emisi karbon sehingga dibutuhkan program transisi yang mampu turut menggerakkan faktor demografi mewujudkan ekonomi dan keuangan yang berkelanjutan,” tutup Perry.