JAKARTA - PT Pertamina International Shipping menandatangani kerja sama pengembangan Jakarta Integrated Green Terminal (JIGT) Kalibaru dengan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) pada Jumat 1 September.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam sambutannya mengatakan, nantinya tidak hanya akan menampung bahan bakar seperti LPG, BBM, Gasoline, dan Biodiesel tapi juga dirancang untuk bisa menampung LNG, CPO, UCO (Used Cooking Oil), dan Petrokimia.
Bahkan juga bisa untuk menampung Hidrogen yang diperkirakan akan tumbuh permintaannya di 2030.
"Kita bersyukur ada tanda tangan penembangan JIGT yang berkapasitas 6,3 juta barel yang akan menjadi infrastruktur strategis untuk pengembangan energi terbarukan ke depan," ujar Tiko dalam sambutannya, Jumat 1 September.
Menurutnya, pembangunan terminal ini juga akan menyiapkan kebutuhan green energi yang ramah lingkungan untuk wilayah Jabodetabek yang belakangan ini dihadapkan pada permasalahan polusi udara.
CEO PT Pertamina International Shipping (PIS) Yoki Firnandi menjelaskan, untuk pengembangan JIGT ini akan menelan biaya antara 350 juta hingga 550 juta dolar AS dengan tiga tahap pembangunan.
“Kapasitas penampungan bisa mencapai hingga 6,3 juta barel untuk memenuhi kebutuhan energi area Jabodetabek dengan potensi peningkatan untuk ketersediaan bahan bakar di masa depan,” ujar Yoki.
Yoki menjelaskan, pembangunan JIGT terdiri dari beberapa tahap.
Tahap pembangunan dimulai dari tahun ini dengan proses reklamasi, dilanjutkan dengan FEED (Front End Engineering Design) pada 2024 dan konstruksi awal serta penguatan struktur di 2025.
BACA JUGA:
Sementara pengoperasian terminal akan dilakukan dalam beberapa tahap. Fase pertama periode 2027-2035 yakni operasional storage bahan bakar BBM , fase kedua 2035-2040 untuk pembangunan dan operasional storage LNG, FAME, dan Used Cooking Oil (UCO), serta fase terakhir 2040 pembangunan dan operasional untuk storage hidrogen.
“Disertai dengan penerapan teknologi modern terkini, sistem yang terdigitalisasi dan automasi yang memastikan operasional terminal lebih safe dan efisien,” tambah Yoki.
Asal tahu saja, JIGT akan dibangun di lahan seluas 50 hektare milik Pelindo dengan pertimbangan lokasi yang cukup strategis untuk hub alur perdagangan di Asia.
Dari sisi operasional, lokasi JGIT juga berada di area bebas penduduk yang berbatasan dengan tepi laut dan memiliki tambatan lepas pantai yang bisa menampung kapal-kapal besar.
Kapasitas penampungan ini sekaligus 3 kali lebih besar dibanding Terminal Integrated Jakarta yang berada di Plumpang.
Terminal energi JIGT memiliki keunggulan dari sisi pengoperasian. “Seperti pemanfaatan energi baru dan terbarukan dalam kelistrikan, efisiensi energi, serta pengelolaan limbah untuk menjaga kelestarian lingkungan,” pungkas Yoki.