JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengkonfirmasi terjadi penurunan inflasi (deflasi) pada Agustus 2023 menjadi minus 0,02 persen secara bulanan (month to month/mtm).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan jika bukuan itu lebih rendah dibandingkan dengan Juli 2023 yang mencatatkan inflasi sebesar 0,21 persen. Dia mengungkapkan bahwa kondisi ini mengulangi pola yang sama pada tahun sebelumnya.
“Deflasi Agustus 2023 ini sejalan dengan kondisi tahun lalu, yaitu Agustus 2022 dengan tingkat deflasi lebih rendah, yakni sebesar (minus) 0,21 persen,” ujarnya saat memberikan keterangan pers kepada wartawan, Jumat, 1 September.
Menurut Pudji, penyumbang deflasi terbesar pada bulan lalu adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan deflasi minus 0,25 persen.
“Komoditas penyumbang deflasi terbesar diantaranya adalah daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras, dan beberapa komoditas lain seperti ikan segar, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara dan kacang panjang,” tuturnya.
Pudji menambahkan, untuk kelompok pendidikan mengalami inflasi sebesar 0,86 persen yang disumbang oleh biaya perguruan tinggi (akademi), biaya sekolah menengah atas, biaya sekolah dasar dan biaya sekolah menengah pertama.
BACA JUGA:
“Inflasi kelompok pendidikan ini cenderung terjadi pada rentang bulan Juli hingga September yang bersamaan dengan dimulainya tahun ajaran baru. Kita tahu bahwa bulan Juli adalah momen murid-murid SD sampai SMA memasuki tahun ajaran baru, sedangkan bulan Agustus sampai September adalah waktu mahasiswa untuk memulai perkuliahan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Pudji menyatakan bahwa jika ditinjau secara tahunan (year on year/yoy), terjadi inflasi 3,27 persen di Agustus 2023. Level tersebut lebih tinggi dari Juli 2023 yang sebesar 3,08 persen yoy.
“Inflasi tahunan terbesar pada kelompok transportasi dengan komoditas bensin, tarif angkutan dalam kota, tarif angkutan antarkota, solar, dan tarif kereta api,” katanya.