JAKARTA - Pertemuan kedua ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AFMGM) yang bakal diselenggarakan di Jakarta 22-25 Agustus 2023 mendatang bakal menyoroti berbagai isu terkini kawasan.
Salah satu yang menjadi fokus adalah perkembangan perekonomian China yang mulai menunjukan tanda-tanda pelemahan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Pusat Kebijakan Regional Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Yogi Rahmayanti.
“Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral akan berdiskusi mengenai perkembangan ekonomi dunia yang saat ini terjadi sangat cepat dan tidak terduga. Ini termasuk adanya indikasi perlambatan ekonomi di China,” ujarnya dalam media brifieng di Jakarta pada Senin, 21 Agustus.
Yogi menjelaskan, isu lain yang menjadi bahan diskusi adalah mengenai tingkat inflasi tinggi yang membuat tingkat suku bunga meningkat.
“Ini yang kemudian membuat Indonesia dalam Keketuan ASEAN mengambil inisiatif menyelenggarakan AFMGM dua kali yang belum pernah terjadi sebelumnya,” tutur dia.
Dalam pemberitaan VOI sebelumnya, isu perlambatan ekonomi China juga menjadi concern pemerintah.
Pasalnya, China merupakan mitra dagang penting bagi Indonesia dan juga partner strategis ASEAN di Kawasan.
BACA JUGA:
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengungkapkan jika ekses yang ditimbulkan dari gejala slowdown itu masih bersifat terbatas.
“Kita lihat memang ada risiko dari perambatan ekonomi China walaupun (mereka) sudah me-reopening ekonominya,” kata Febrio belum lama ini.
Anak buah Sri Mulyani itu menyebut pasca dibukanya kembali aktivitas produktif di China, tingkat produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan.
“Ini juga terlihat dari Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur China yang masih di zona kontraksi,” ucapnya.