JAKARTA – Bank Indonesia (BI) bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu) host dalam pertemuan ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AFMGM) di Jakarta pada 22-25 Agustus mendatang.
Pada agenda tersebut BI secara khusus bakal memfokuskan diri pada sejumlah isu strategis kebanksentralan di kawasan. Pertama, mainstreaming soal bauran kebijakan atau policy mix.
“Bauran kebijakan penting karena selama ini banyak yang berpandangan bahwa bank sentral itu instrumen utamanya adalah suku bunga kebijakan. Namun dalam prakteknya, dengan ekonomi global yang berubah cepat, maka kita butuh lebih dari satu konsep tools. Pemahaman ini yang kita coba dorong diantara negara-negara ASEAN,” ujar Direktur Departemen Internasional BI Iss Savitri Hafid di Jakarta, Senin, 21 Agustus.
Kedua, Bank Indonesia akan semakin menguatkan isu soal local currency transaction yang menargetkan peningkatan transaksi ritel di Asia tenggara.
“Lalu yang ketiga adalah bagaimana perluasan inklusi keuangan di masyarakat. Hal ini bermanfaat untuk mendukung para pengusaha segmen small medium enterprise (UKM/UMKM) dalam memperluas kesempatan bisnis,” tuturnya.
BACA JUGA:
Kemudian yang keempat adalah membangun peningkatan regional payment di Kawasan ASEAN.
“Ini membuat biaya-biaya transaksi menjadi lebih murah.
Untuk diketahui, perhelatan AFMGM pekan ini merupakan kali kedua diselenggarakan dalam Keketuaan Indonesia di ASEAN. Sebelumnya, pertemuan pertama dilakukan di Bali pada akhir Maret 2023.
Adapun, biasanya hanya diselenggarakan satu kali dalam setahun. Inisiatif menyelenggarakan agenda dua kali merupakan respon atas dinamika global yang masih diliputi ketidakpastian yang berlanjut.