JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan kinerja APBN regional DKI Jakarta hingga Semester I 2023 tetap kuat seiring pendapatan negara yang terjaga positif dan kinerja belanja negara yang terakselerasi.
Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta Mei Ling mengatakan realisasi pendapatan mencapai Rp906,15 triliun atau setara dengan 66,56 persen dari target yang ditetapkan. Sedangkan realisasi belanja tercatat sebesar Rp243,75 triliun atau 39,25 persen dari pagu.
“Sehingga terdapat surplus APBN regional sebesar Rp662,40 triliun,” ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip Rabu, 2 Agustus.
Mei menjelaskan, sisi pendapatan ditopang oleh oleh terakselerasinya hampir seluruh komponen penerimaan baik perpajakan maupun kepabeanan dan cukai.
Untuk pajak tercapai Rp720,04 triliun atau 63,01 persen dari target. Kemudian penerimaan kepabeanan dan cukai hingga 30 Juni 2023 tercatat sebesar Rp11,40 triliun atau 49,92 persen dari target. Lalu, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp174,80 triliun atau 89,22 persen dari target.
“Ekonomi domestik regional DKI Jakarta tetap solid, ditandai dengan aktivitas konsumsi yang bertumbuh, optimisme masyarakat yang terjaga,” tuturnya.
BACA JUGA:
Dari sisi belanja yang sebesar Rp243,75 triliun, Mei menyebut serapan anggaran terus terakselerasi, diantaranya adalah realisasi belanja pemerintah pusat Rp235,58 triliun dana Transfer ke Daerah (TKD) Rp8,17 triliun.
“Kinerja APBN regional DKI Jakarta hingga Semester I 2023 tetap kuat seiring pendapatan negara yang terjaga positif, dan kinerja belanja negara yang terakselerasi,” tegasnya.
Dari sisi inflasi, Mei menjelaskan pada Juni 2023 mencapai 0,01 persen month to month (mtm) jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Lalu, sebesar 0,95 persen year to date (ytd) dihitung dari awal tahun periode berjalan dan 3,20 persen year on year (yoy) dihitung dari periode yang sama tahun sebelumnya.
“Tingkat inflasi yang tetap terjaga dan menunjukkan tren penurunan menuju target inflasi tahun 2023, yang diiringi dengan tingkat optimisme masyarakat yang tinggi serta kinerja APBN dan APBD yang tetap kuat menjadi modal penting untuk menjaga perekonomian DKI Jakarta tetap tumbuh solid di tengah tensi geopolitik yang masih tinggi,” tutup dia.