Kemendagri Catat 300 RW Terendam Banjir di Jakarta Sejak 2018-2022
Warga menyusuri jalan perkampungan yang kebanjiran akibat limpasan Sungai Ciliwung di Cawang, Jaktim, Kamis 20 Februari 2020. (ANTARA FOTO-Aditya Pradana Putra)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mencatat sekitar 200 hingga 300 Rukun Warga (RW) di DKI Jakarta terdampak banjir dalam kurun waktu 2018-2022.

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kemendagri Akmal Malik dalam Focus Group Discussion (FGD) pembahasan konsep rancangan Undang-Undang tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Jakarta di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa 1 Agustus.

"Jumlah wilayah terdampak banjir di kota Jakarta periode 2018-2022 cenderung stabil di kisaran 200-300 RW," ujar Akmal.

Tidak hanya itu, jumlah wilayah terdampak banjir pun sempat melonjak menjadi 1.052 RW di Jakarta. Ia menilai banjir di Jakarta sudah jadi masalah kronis.

"Masalah yang sering kali muncul di DKI Jakarta adalah persoalan banjir. Mohon maaf, ini kategori yang luar biasa. Banjir di Jakarta adalah masalah kronis yang meredam jalan, rumah dan infrastruktur saat musim hujan," tuturnya disitat Antara

Menurut dia, salah satu penyebab banjir di Jakarta adalah curah hujan yang tinggi. Padahal, pemerintah provinsi telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah banjir dengan membangun berbagai infrastruktur, seperti tanggul hingga drainase.

Kendati demikian, sambung Akmal, persoalan urbanisasi dan perubahan iklim tetap menjadi penyebab yang tidak bisa diatasi bersama. Untuk itu, dia meminta perlu adanya upaya dalam mengatasi banjir di Jakarta.

"Diperlukan pendekatan holistik dan partisipasi masyarakat untuk atasi banjir dan ciptakan kota yang berkelanjutan," ujar Akmal.

Adapun pemerintah telah memindahkan Ibu Kota Indonesia ke Pulau Kalimantan. Hal ini mengingat Jakarta sudah memikul beban yang berat sebagai ibu kota.

"Begitu banyak beban yang dimiliki oleh Jakarta sehingga membuat beberapa pilihan untuk Jakarta. Pindahnya ibu kota dari Jakarta ke Ibu Kota yang baru menjadi salah satu upaya untuk mengatasi masalah yang telah dihadapi Jakarta selama bertahun-tahun," pungkasnya.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengajak masyarakat gotong royong secara rutin untuk membersihkan saluran air demi mencegah banjir.

"Masyarakat sebaiknya mulai sekarang secara rutin gotong royong membersihkan saluran air dalam waktu yang berkala, sehingga kebersihan dan kelancaran aliran sungai dapat tetap terjaga demi mengurangi potensi banjir," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu 29 Juli.

Imbauan ini disampaikan Abdul merespon bencana banjir melanda Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada Jumat 21 Juli pukul 20.00 WITA. Banjir itu menyebabkan 125 KK terdampak.

Abdul pun mengimbau pemerintah daerah (pemda) tetap waspada bencana banjir meski di beberapa wilayah sudah memasuki musim kemarau, dan mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan sekitar.

"Meskipun sebagian besar wilayah Indonesia sudah berada pada musim kemarau, BNPB tetap mengimbau kepada pemda agar menjaga lingkungan sekitar dengan tidak membuang sampah ke selokan maupun sungai yang dapat menghambat saluran air," tandasnya.