Kusuma Kemindo Sentosa Bakal Bagikan Dividen Rp1,5 Miliar
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - PT Kusuma Kemindo Sentosa Tbk (KKES) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan pada Jumat, 19 Mei. Pada rapat tersebut, pemegang saham Kusuma Kemindo Sentosa menyepakati pembagian dividen tunai sebesar Rp1,5 miliar.

Besaran itu setara 22,87 persen dari laba bersih perseroan untuk tahun buku 2022 yang tercatat sebesar Rp6,21 miliar.

“Sebesar Rp 1,5 miliar atau 22,78 persen dari laba komprehensif itu akan dibagi sebagai dividen. Sekitar Rp 50 juta akan dibukukan sebagai dana cadangan. Dan sisa laba akan digunakan untuk memperkuat modal kerja,” ungkap Direktur PT Kusuma Kemindo Sentosa Tbk, Melly Elita dalam paparan publik, yang dipantau secara virtual.

Dividen akan dibayarkan pada 20 Juni 2023. Alokasi penggunaan laba bersih tahun 2022 sudah mempertimbangkan rencana kesinambungan bisnis KKES, sehingga Perseroan memastikan alokasi tersebut tidak mengganggu kegiatan operasional dan pengembangan bisnis yang berkelanjutan.

Keputusan tersebut juga sudah mempertimbangkan pencapaian kinerja. Di mana pada top line, penjualan tumbuh 2 persen dari Rp226,4 miliar pada 2021 menjadi Rp230,72 miliar pada 2022. Selain pembagian dividen, rapat juga menyetujui penggunaan dana IPO.

Kusuma Kemindo Sentosa atau KKES selaku perusahaan entitas anak dari PT Catur Sentosa Adiprana Tbk yang bergerak di bidang distribusi bahan kimia yang berdiri 1990 dan IPO pada Agustus 2022.

Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya pada prospektus, perseroan telah merealisasikan pembukaan kantor cabang di Cirebon di akhir 2022 dan terus mempersiapkan rencana pembukaan cabang lainnya untuk memperkuat jajaran kantor penjualan dan jaringan distribusi Perseroan untuk pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

Adapun berdasarkan laporan keterbukaan informasi yang sudah disampaikan pada April 2023 kepada Otoritas Jasa keuangan dan Bursa, berikut adalah update perkembangan dana IPO KKES:

- 65 persen dana IPO sudah dipakai untuk pembelian barang/ modal;

- 30 persen dana IPO sudah dipakai untuk biaya operasional

- 5 persen dana IPO untuk pengembangan system IT sudah terpakai 0,4 persen

Presiden Direktur KKES, Kiki Rusmin Sadrach menjelaskan, penggunaan dana IPO tersebut seperti yang disampaikan dalam prospektus. Adapun sisa dana IPO direncanakan habis terpakai di tahun buku 2023. Sisa alokasi dana IPO akan ditujukan untuk memperbaharui system IT agar dapat meningkatkan pelayanan dan kualitas.

Di samping itu Perseroan juga berhasil menambah beberapa produk baru, diantaranya Hydrogen Peroxide (H2O2), Benzyl Benzoate, Alkyl Phenolic Resin, Eberle Specialty Product, Monosodium Glutamate (MSG) dan lainnya yang banyak dipakai untuk industri tekstil, kebersihan (cleaning), pewarnaan (dyeing], kertas, kulit, perekat (lem), dan lain-lain.

Perseroan juga menambah kekuatan sales headcount yang produktif untuk mendukung dan memperkuat tim penjualan dan mendapatkan pelanggan-pelanggan baru maupun memperkuat hubungan dengan pelanggan yang sudah ada.

Adapun di tahun 2023 Perseroan juga menargetkan ekspansi 2 kantor cabang ke Kota Denpasar dan Medan. Selain itu secara bertahap terus melakukan peremajaan armada (fleet) distribusi seperti truk di cabang-cabang sehingga akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

Ditambahkan, pada tahun 2023 PT Kusuma Kemindo Sentosa Tbk menargetkan penjualan tumbuh 19 persen dan laba bersih tumbuh 60 persen. Untuk merealisasikan target tersebut Perseroan telah menganggarkan dana modal/ capital expenditure sebesar Rp2,6 miliar.

Keputusan tersebut sudah mempertimbangkan kondisi global dan nasional terkini.

Manajemen menanggapi serius dan hati-hati (prudent) atas faktor global yang terjadi seperti perang Rusia-Ukraina sejak Maret 2022 yang berdampak pada perekonomian banyak negara sampai hari ini dan juga berdampak pada sebagian besar sektor antara lain: sandang, pangan, industri termasuk bahan baku komoditi.

Selain itu, terjadi inflasi dan resesi yang tinggi terutama di negara-negara pemasok utama dunia antara lain: China, Amerika, Eropa, dan Jepang yang pada akhirnya menyebabkan fluktuasi pada harga bahan baku industri sehingga berdampak pada melemahnya permintaan di dalam negeri maupun terganggunya pasar ekspor.