JAKARTA - Warga Kampung Karangan, Jengan, Sakaq Lotoq, Gunung Rampah, dan Gemuruh di Kecamatan Mook Manaar Bulan (MMB), Kabupaten Kutai Barat, kini mendapat pasokan listrik 24 jam. Sebelumnya listrik hanya ada 12 jam setiap harinya, yaitu sepanjang malam untuk penerangan.
“Mengalirkan listrik Kutai Barat itu perjuangan tersendiri,” kata Manajer Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) PT PLN (Persero) Samarinda, Yusrizal Muzakir, dikutip dari ANTARA, Sabtu, 11 Maret.
Untuk menyambungkan listrik ke kampung-kampung tersebut, PLN harus membangun Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) sepanjang 25 km, yaitu bentangan kabel bertegangan 20.000 volt di atas menara-menara listrik.
Termasuk SUTM itu 2 menara setinggi 40 meter di kedua tepi Sungai Mahakam guna menyangga bentangan kabel sepanjang 500 meter di atasnya.
Kemudian untuk menurunkan tegangan agar listrik bisa dipakai di rumah-rumah, PLN membangun 9 gardu listrik, dan kemudian saluran distribusi dengan tiang-tiang listrik ke rumah-rumah sepanjang 10 km.
BACA JUGA:
Sebelum sampai ke rumah, listriknya masuk dulu ke trafo untuk diturunkan lagi tegangannya menjadi 220 volt. Trafo ada satu di setiap kampung, termasuk di kelima kampung yang baru saja menikmati pasokan listrik 24 jam.
Pemukiman penduduk yang terpisah-pisah dengan jarak yang relatif jauh, lalu bentang alam yang menantang, membuat PLN harus benar-benar matang dalam perencanaan.
Sampai saat ini PLN sudah berhasil mengalirkan listrik 130 kampung dari seluruhnya 190 kampung dan 4 kelurahan di Kutai Barat, kabupaten paling barat Kalimantan Timur, yang ibu negerinya, Melak-Sekolaq Darat-Barong Tongkok berjarak tidak kurang dari 350 km dari Samarinda, atau 450 km barat laut Balikpapan. Bila dari IKN di Sepaku, Melak berjarak lebih kurang 300 km.
“Jadi sementara ini kita sudah berhasil mengalirkan listrik 67 persen Kutai Barat. Masih ada 64 kampung lagi menunggu giliran,” kata Muzakkir.