Bagikan:

JAKARTA - Pengamat Ekonomi Energi Fahmi Radhi tegas bilang, Pertamina lalai dalam menjaga keamanan Depo Plumpang sehingga menyebabkan kebakaran hebat pada Jumat 3 Maret malam. Apalagi ini bukanlah kebakaran yang pertama.

"Sampai sekarang belum ditemukan (penyebab kebakaran). Dari kejadian-kejadian sebelumnya itu selalu dicari kambing hitamnya. Misalnya pada 2011 itu disebabkan oleh alang-alang kering yang terbakar. Nah, kebakaran ini saya kira sangat naif sekali, mestinya ada suatu sistem keamanan yg itu berstandar internasional," kata Fahmi kepada VOI, Sabtu, 4 Maret.

Fahmi menilai, Pertamina belum belajar dari peristiwa kebakaran yang pernah terjadi sebelumnya, sehingga sistem keamanan di Depo Plumpang luput dari pengawasan pihaknya.

"Ternyata kalau dilihat kebakaran-kebakaran di kilang yang beruntun, sekarang didapat Depo (Plumpang) di permukiman, maka sesungguhnya Pertamina tidak memiliki sistem keamanan handal, yang itu bisa mencegah sebelum terjadi kebakaran yang besar tadi," ujarnya.

Dengan adanya kejadian tersebut, lanjut Fahmi, Pertamina juga tidak memiliki pemadam kebakaran (damkar) sendiri untuk mencegah terjadinya api yang membesar di lokasi kejadian.

Sehingga, api yang muncul di sekitar lokasi mulai merembet ke permukiman warga.

"Iya memang masih perlu investigasi dari kepolisian, tetapi berulang kali (terjadi) kebakaran tadi, apakah kilang atau depo itu yang selalu dikambinghitamkan petir, masalah itu tidak ada penelusuran lebih lanjut untuk mengetahui apa penyebabnya agar ke depan tidak terjadi lagi kebakaran tadi," ujar Fahmi.

"Mestinya kalau sistem kemanan itu berstandar internasional, dia (Pertamina) punya internal damkar gitu, sehingga pada saat munculnya api itu sudah bisa dicegah, tidak cepat merembet ke kawasan permukiman," tambahnya.

Oleh karena itu, kata Fahmi, dengan kejadian ini telah menunjukkan bahwa Pertamina tidak memiliki damkar di internal tadi, sehingga tidak bisa meminimalisir peristiwa kebakaran tadi malam.

"Kebakaran yang kena angin tadi jadi kemana-mana, ke rumah penduduk juga, karena memang di Depo Plumpang itu, kan, di tengah-tengah kawasan penduduk yang cukup padat, sehingga damkar sendiri, kan, kesulitan masuk ke (wilayah) kebakaran tadi," pungkasnya.

Posko kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Koramil 01/Koja mengoreksi data jumlah korban tewas. Semula dicatat ada 17 orang, kini berjumlah 13 orang.

Dari 13 korban tersebut, tiga di antaranya berstatus anak-anak. Korban tewas akibat insiden tersebut telah dibawa ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk diidentifikasi.