JAKARTA - Staf Khusus (Stafsus) Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga mengatakan frekuensi perjalanan kereta pengumpan atau KA feeder Padalarang-Bandung direncanakan 72 kali per harinya.
KA feeder ini berfungsi untuk menghubungkan penumpang Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang turun di Padalarang untuk menuju Kota Bandung atau sebaliknya.
“Ini nanti ada 5 trainset KA feeder Padalarang-Bandung, jaraknya 14,6 km. Frekuensi perjalannya 72 kali kereta api per hari,” katanya kepada wartawan ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat, 17 Februari.
Kata Arya, rangkaian KA feeder atau kereta pengumpan ini akan tiba di stasiun KCJB Padalarang 15 menit sekali.
Lebih lanjut, Arya mengatakan bahwa waktu tempuh perjalanan KA fedeer menuju stasiun Kota Bandung hanya memakan waktu sekitar 20 menit.
“20 menit, cukup. Jakarta-Padalarang 40 menit, Padalarang-Bandung 20 menit. Satu jam jarak tempuhnya (dari Jakarta ke Bandung),” jelasnya.
Efektivitas Waktu Tempuh jadi Sorotan DPR
Sebelumnya diberitakan, anggota Komisi V DPR Iis Rosyita Dewi mengungkapkan keresahannya soal efektivitas kereta cepat yang tidak sampai ke pusat Kota Bandung melainkan ke Padalarang.
Kata Iis, dari Padalarang penumpang yang ingin melanjutkan perjalanan ke Kota Bandung, bisa menggunakan KA feeder atau kereta api pengumpan.
Untuk itu, Iis meminta agar pemerintah terkait perlu memastikan efektivitas waktu tempuh keseluruhan hingga ke Stasiun Bandung Kota.
“Ini harus dilihat betul efektivitasnya seperti apa? waktu tempuhnya, apakah justru nanti kereta cepatnya sudah bagus kemudian waktu tunggu kereta feeder ini yang lama, atau bagaimana,” ujar Iis.
BACA JUGA:
Iis pun meminta pemerintah pusat maupun daerah harus benar-benar memperhatikan dan menetapkan mekanismenya dengan jelas.
“Jangan sampai masyarakat yang telah mengeluarkan tarif lebih mahal dibandingkan kereta reguler merasa tidak ada perbedaan,” katanya.
Lebih lanjut, Iis juga mengingatkan agar KAI betul-betul merinci soal kesesuaian jadwal kereta cepat dengan kereta feeder agar nantinya penumpang yang transit dapat segera melanjutkan perjalanannya ke stasiun Kota Bandung.
“Menurut saya ini barometernya adalah apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, apakah membutuhkan cepat atau membutuhkan murah kan itu sebetulnya,” ucapnya.