LPS Sebut Kinerja Industri Perbankan Membaik di 2022, Apa Saja Indikatornya?
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan kinerja industri perbankan terus tumbuh dan membaik sepanjang tahun 2022.

"Kinerja industri perbankan terus tumbuh dan membaik sepanjang tahun 2022, baik dari sisi permodalan, likuiditas dan intermediasi keuangan," kata Purbaya dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Jumat, 27 Januari.

Purbaya mengatakan fundamental kondisi perbankan relatif kuat, yang ditunjukkan dengan rasio permodalan (KPMM) industri yang terjaga di level 25,43 persen pada periode Desember 2022.

Sementara itu, likuiditas juga tetap cukup dengan rasio alat likuid terhadap non core deposit (AL/NCD) berada di level 137,69 persen dan rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) sebesar 31,20 persen.

Lebih lanjut ia menuturkan kinerja intermediasi keuangan juga terus membaik. Pada Desember 2022, kredit perbankan tumbuh sebesar 11,35 persen secara dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), sedangkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 9,01 persen (yoy).

Pemulihan kinerja intermediasi tersebut diikuti pula dengan terus membaiknya aspek pengelolaan kredit. Rasio Gross Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah pada periode Desember 2022 berada pada level yang terkendali sebesar 2,44 persen. Sementara rasio Loan at Risk perbankan atau kredit berisiko terus menurun ke level 14,05 persen.

Sementara itu perkembangan suku bunga pasar simpanan (SBP) untuk simpanan rupiah terpantau naik sebesar 11 basis poin (bps) menjadi sebesar 2,95 persen pada periode observasi 20 Desember 2022 hingga 16 Januari 2023 dibandingkan periode penetapan sewaktu-waktu Desember 2022.

Hal itu menunjukkan bahwa perbankan secara bertahap merespon kenaikan suku bunga acuan bank sentral (BI7DRR).

Meskipun demikian, kondisi likuiditas yang masih relatif longgar potensial mempengaruhi kecepatan bank dalam merespon kenaikan BI7DRR.

Sedangkan SBP simpanan valas di periode observasi yang sama terpantau naik sebesar 11 bps menjadi sebesar 1,48 persen jika dibandingkan periode penetapan sewaktu-waktu Desember 2022.

Kenaikan SBP valas itu berlanjut sejalan dengan tren kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, yang masih meningkat untuk mengatasi gejolak inflasi global, khususnya di negara-negara maju.

LPS menjamin setiap rekening simpanan nasabah perbankan di Indonesia hingga Rp2 miliar per nasabah per bank. Hingga saat ini, cakupan simpanan perbankan oleh LPS terjaga di level yang sangat memadai.

Besaran nilai simpanan yang dijamin LPS sebesar Rp2 miliar per nasabah per bank setara dengan 32,1 kali Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita nasional tahun 2021.

Rasio tersebut jauh di atas rata-rata negara berpenghasilan menengah ke atas yang sebesar 6,3 kali PDB per kapita, dan negara berpenghasilan menengah ke bawah (lower-middle income countries) yang sebesar 11,3 kali PDB per kapita.

Selanjutnya, berdasarkan data Desember 2022, jumlah rekening nasabah bank umum yang dijamin seluruh simpanannya, yakni simpanan sampai dengan Rp2 miliar, sebesar 99,93 persen dari total rekening atau setara dengan 508,2 juta rekening.

Sedangkan pada bank perkreditan rakyat (BPR) dan BPR syariah BPR/BPRS berdasarkan data November 2022, jumlah rekening yang dijamin seluruh simpanannya sebesar 99,98 persen dari total rekening atau setara dengan 15,1 juta rekening.